Wednesday, July 24, 2024

MENGAJARKAN KETIDAK-PRAKTISAN

 

MENGAJARKAN KETIDAK-PRAKTISAN


Di hidup yg serba praktis seperti sekarang, anak-anak sangat rentan untuk tidak memahami bahwa banyak hal di dunia ini dibuat, dihasilkan dari proses yang rumit dan memakan waktu. 

Lalu anak menjadi tidak terlatih untuk berproses, apalagi jika prosesnya tidak sebentar. 

Saya seringkali sebisa mungkin mengajak anak untuk memasak setiap makanan yg akan dia makan. 
Mengajaknya membuat mainan yg dia mau mainkan. 

Supaya anak-anak mengindera dan memahami bahwa apa yg dia konsumsi, apa yang dia mainkan dihasilkan dari banyak tahapan. 

Anak-anak belajar dari apa saja yang dia indera.

Mengajarkan ketidakpraktisan, artinya mengajarkan tahapan-tahapan esensial.

Apakah tidak merumitkan diri?tentu. 
Sementara banyak hal bisa kita beli dengan mudah dan murah. 

Sebagaimana Allah tentu saja bisa “kun fayakun” dalam menciptakan semesta, tapi dalam Alquran Allah justru menjelaskan dan ingin memahamkan bahwa semesta pun dibuat dalam tahapan proses dan waktu, dalam “ketidak-praktisan”.

Tugas berikutnya adalah mengajak anak menikmati apa yang dibuat dan dihasilkan sendiri. Supaya mereka nyaman dalam berproses.

Anak-anak harus mampu menghargai apa yang dia hasilkan sendiri, sesederhana apapun. Anak-anak harus memahami bahwa penghargaan paling penting dari setiap hal yg dia kerjakan adalah penghargaan dari dirinya sendiri. 

Diantara caranya adalah mengajak mereka sesering mungkin menghasilkan sesuatu dari tangannya sendiri. Memberinya sesuatu yg dihasilkan dari tangan kita sendiri. Excitement kita, kehebohan kita, seharusnya diletakkan pada apa-apa yg kita buat sendiri lalu kita berikan, bukan apa-apa yang bisa kita belikan. 

Tentu ini adalah ikhtiar, harapannya semoga Allah menjadikannya tergulung-gulung hingga menjadi gelondongan kebaikan bagi anak turun kita, orang-orang yg mengelilingi kehidupan kita.

Sebagaimana kefitrian yg hari ini kita dapatkan, tergulung menjadi efek baik, setidaknya selama setahun kedepan, hingga telaga ramadhan membasuhnya kembali. 

Tertanda,
Ayah,
Yang belajar bikin ketupat lewat yutub, sebatas karena ingin berproses bersama
Yang berpengalaman menjagal ayam dan bebek sedari kecil, sekedar ingin berbagi proses

Tuesday, July 23, 2024

NUTRIKAF



 NUTRIKAF


Salah satu rezeki yg saya syukuri sekali adalah waktu, waktu untuk menjalani ibadah mempersiapkan makanan untuk si kecil. Hampir setiap hari saya memasak untuk si kecil, menyempatkan sesempat-sempatnya.


Istri saya paham betul, ini soal passion, maka ia dengan ikhlas menyerahkan tugas itu. Kecuali soal belanja bahan-bahannya, urusan ini, tak bisa diganggu gugat, otoritas penuh ada di tangannya. 


Beliau yg mengatur proporsi gizi, saya yg mengatur proporsi rasa. 


Bagi kami, menyiapkan asupan makan adalah ibadah, maka menyiapkan makanan sebaik, sethayyib mungkin sama halnya seperti mengupayakan ibadah sesyahdu, sekhusyu yg kita mampu. 


Makanan itu akan berproses di dalam tubuhnya, bertumbuh menjadi otot, tulang dan segala perangkat yg akan digunakannya untuk sujud kepada Allah. Ya, sebagai orang tua, kami hanya sebatas berusaha menjaga amanah untuk melestarikan manusia-manusia yg menjaga tradisi sujud kepada Allah. 


Maka, ketika mulai bermalas menyiapkan makanan sendiri, hal-hal itu lah yg akan kami ingat kembali. 


Anakmu, bukanlah anakmu, semoga Allah ridho.


SENYAWA IBU - berikutnya


SENYAWA IBU - berikutnya


Bu, belasan tahun lalu ibu ‘tindak’. 

Bu, belasan tahun lalu paraunya suara adzanku mengantar njenengan ke pintu barzah


Suara adzan, nderes quran, lantunan doa yg darimu kami belajar sedari kecil.

Kesemuanya Allah bisakan untuk lisan kami, melalui lisanmu. Dan pada akhirnya, dari lisan ini pula Allah bisakan merapal kesemuanya untuk melepasmu. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami semua terseok, kami mencari-cari kasih sayang yg biasanya tersaji setiap saat. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami semua berusaha tertidur lelap, lalu mengharap terbangun dan menyadari ini semua hanya bunga tidur, bunga tidur yg layu semalaman saja. Nyatanya, bunga layu itu terbawa bangun juga, memuramkan wajah-wajah seisi rumah.


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, semua masakan, bagi kami, hanya punya dua rasa; beda dengan masakan ibu, atau mirip dengan masakan ibu. Lidah kami sudah terlanjur tergantung dengan masakan ibu, apapun bentuknya. Bahkan macam masak air sekalipun, kalau ibu yg masak rasanya seperti berbeda. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami kehilangan senjata pamungkas di saat genting ; do’a ibu. Kami rindu tahajjudmu, kami rindu bunyi-bunyian dzikir dari lisanmu, kami rindu caramu merajuk kepada Allah lewat doa-doamu. Kami seperti serdadu tanpa belati, tanpa senpi, merayap-rayap, dihujani hiruk-pikuk dunia bertubi-tubi. Bismillah, semoga Allah selamatkan kami dalam perjalanan menujuNya.


Sekian belas tahun kemudian, Allah titipkan istri yg sholihah baik rupa, pula bocah kecil ini. Alhamdulillah, semoga Allah sampaikan kami dalam keselamatan pula. Semoga thoriqoh baik darimu, persenyawaan denganmu, dengan guru-gurumu, mampu menjadi benderang jalan kami menujuNya, shiroth al ladzina an’amta alaihim.


Terima kasih bu, ilmu parenting pertama kami adalah hal-hal baik yg ibu didikkan kepada kami. 

Sembah nuwun bu, mugi saged kempal malih sesarengan kanjeng Rosul.


Se(s)empatnya

 


Andai kita tak saling punya rasa,...


Barangkali tidak ada undangan pernikahan yang kamu buat sendiri desainnya, lalu bermotor kita telusur sudut-sudut Kasongan, mencari pembuat undangan yang mau custom konsep undangan kita. Undangan yang kita pilih menggunakan kertas less processed, pakai pita serabut tanaman, dan tanpa pembungkus plastik. Kita berdua memang agak-agak serupa soal tak ingin terlalu merepotkan sesuatu diluar diri kita sendiri. Ya, semua itu agar tanah yang darinya kita ambil air, tanah yang menumbuhkan buah-buahan yang pada akhirnya sampai ke liang perut kita, tidak repot-repot menanggung dosa-dosa sampah yang berisi informasi yang kita sebar-sebar lewat selipat undangan itu. Pun pada akhirnya undangan itu terserak begitu saja di tanah, tak lupa kita titipkan uang saku di dalamnya. Uang saku biji tanaman, kita repot-repot buatkan kantong kecil di undangan itu, agar biji-biji tanaman itu menjadi bekal. Barangkali undangan itu hanyalah semacam pot datar yang ketika suatu saat dia terserak, terpendam lalu terurai akan menjadi asupan organik bagi biji-bijian yang menempel didalamnya. Biji-biji itu lalu tumbuh, membenih, menjadi tanaman matang dan berbuah. Buahnya dimakan oleh semut dan serangga serupa lainnya. Alhamdulillah, doa-doa baik kita semoga berproses dan bergulung lipat-lipat bersama siklus kimia alam semesta. 


Andai kita tak saling punya rasa,...


Mungkin saja tak ada ide kita melepas burung-burung pipit di hari pernikahan itu (daripada melepas balon atau melempar bucket bunga). Melepas burung pipit yang bisa saja tidak jadi menjadi rangkaian acara kalau saja sore sehari sebelumnya kita tak temukan burung pipit yang bisa dilepas. Ya, kita memang ingin melepas, mencari para pedagang pemburu, bukan menangkap lalu mengumpulkan. Alhamdulillah, 40 pasang sayap-sayap itu mengepak dengan baik, menyebar kemana saja bersama harapan-harapan baik kita, beranak pinak sampai seusia kita bersama nanti. 


Andai kita tak saling punya rasa,...


Bisa jadi tak ada pernikahan terang hari di tempat terbuka, di musim saat air hujan begitu mudah terjatuh. Ya, kita memang tak mau ada riuh-riuh di malam hari, supaya bumi tak repot-repot menanggung asap pembangkit listrik yang dibuang-buang untuk lampu gemerlap. Biarkan kami yang repot berdiri, bersalaman beberapa jam dibawah terik. Peluh keringat dan bedak luntur ini mungkin tak bagus di kamera, tapi energi yang dihembus untuk menghidupkan pendingin ruangan yang terlalu dingin mungkin bisa kami hemat se-per-satuan kebaikan bagi bumi. 


Andai kita tak saling punya rasa,...


Rasa-rasanya aku hanyalah sesosok pembaca buku yang terkagum pada rangkaian manisnya kata tanpa tau wujud dan makna.


Andai kita tak saling punya rasa,...

Sakit mungkin hanya akan berwujud perih dan membuat terlunta-lunta. Obat-obatan mungkin hanyalah sekumpulan alkaloid yang pahit lagi memualkan. Lalu datanglah rasa itu, ia merawat luka perih menjadi seperti digigit semut tak bermandibula, ia meramu penyembuh mujarab yang menjadikan obat serasa teh tawar saja. 


Sepanjang tahun ini, barangkali kita seperti sedang menyelam, sesekali kita tersesak mencari-cari udara, tapi di kedalaman sana, ada ruang nan indah sedang menyambut kita. Ikan-ikan beragam jenis dan warna, terumbu karang bermacam bentuk dan rupa, semuanya tentu tak akan tersaji alami di daratan kering penuh angin sejuk dan semilir, bukan?. 


Lalu karena saking terbiasanya menyelam, tiba-tiba kita harus menjelma menjadi amphibi atau makhluk jenis apapun yg bisa menarik-keluar semacam oksigen di alam mana saja, entah dengan paru, kulit, ingsang atau bahkan dengan khayalan saja, ini penting bagi kita kan?. 


Andai kita tak saling punya rasa,...


Rasa-rasanya tak mungkin, buncahan gembira ini sepertinya tak dapat ditarik lagi. 


Terima kasih Allah, atas karunia sejawat yang Engkau sandingkan ini. 

Terima kasih Sejawat, atas perasaan yang sudah kita bagi bersama. 


Sabbaha, yusabbihu lillah. 


Selamat hari tanah, bumi dan pertalian kita yang berhak setiap saat kita rayakan. 


DESEMBER YANG KESEKIAN

 DESEMBER YANG KESEKIAN


Mulanya, kita hanyalah dua penikmat udara yang hanya seirama soal satu dua topik bicara. Sekian waktu kemudian, kita menjadi dua kepala yang agak-agak sama soal persepsi hidup dan pikiran. Lalu, kita menjadi dua entitas yang sejalan ritual dan laku geraknya. Pada masa berikutnya, kita tumbuh menjadi dua pribadi yang menuju satu.

Lamat-lamat, melihatmu sama saja seperti melihat diriku yang lain lewat cermin. Raut yang engkau ciptakan, sama seperti punyaku. Ayunan dan gerakan tangan yang engkau liukkan, tak ada beda denganku. Mata yang engkau kerlingkan, sama detiknya dengan yang kulakukan.

Cermin, barangkali objek yang tepat untuk memberi tahu dunia dan alamnya, betapa samanya kita. Bahwa ia mudah pecah tak apa. Lambat laun, teknologi dan kegelisahan manusia kasmaran seperti kita akan menemukan jalan keluarnya.

Tapi ada hal yang perlu kita sadari, cermin hanyalah proyeksi, dia hanya sama dalam bentuk dan rupa. Namun kirinya tak akan pernah menjadi kiriku yang sesungguhnya. Ia akan tetap menjadi kanan saat kau ajukan kirimu. Kita mungkin membangun keluarga dari sisi yang berbeda, tapi wujud dan geometrinya akan sama pada akhirnya.

Terima kasih, sudah menjadi kanan bagi kiriku.

Terima kasih, sudah memproduksi energi baik yang menggerakkan kita.

Terima kasih, atas doa doa baik yang kau rapal untuk kita.

Terima kasih, atas rasa khawatir yang membangkitkan.

Semoga kesadaran akan Allah tertali bersama sabar dan ikhlas yang tertatih-tatih sedang kita pelajari.

Senantiasa sujud dan mengajarkan sujud ya.
Tetap tabah sampai akhir.

Thursday, June 9, 2022

HARI KELESTARIAN MANUSIA


Hari lingkungan hidup memang telah lewat, hari dimana di banyak tempat diperingati dengan menanam pohon, bersih sungai, aksi damai bertema lingkungan, atau aksi-aksi lain yang berkaitan dengan isu konservasi lingkungan. Pada hakikatnya, kita tidak begitu perlu dengan hari lingkungan hidup. Maksudnya, bahwa kegiatan konservasi lingkungan tidak harus dimulai dan dilakukan pada hari itu saja. Kegiatan konservasi adalah kegiatan berkelanjutan, bukan kegiatan sekali waktu. Tetapi barangkali, sebagai masyarakat yang cenderung punya ingatan jangka pendek, hari lingkungan hidup bisa jadi diperlukan sebagai momentum pengingat bahwa proses konservasi lingkungan masih dan harus terus berjalan.

Aktifitas konservasi sekilas memang terlihat bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan, kelestarian alam. Meskipun pada ujungnya, sebetulnya aktifitas itu juga adalah upaya untuk melestarikan manusia itu sendiri. Menjaga kelestarian alam sama halnya kita menjaga asupan yang baik dan menyehatkan bagi proses respirasi di dalam tubuh kita. Menjaga kelestarian alam sama halnya kita menjaga agar sapi-sapi itu bisa makan rumput enak dan sehat, lalu dagingnya pun akan menjadi nutrisi sehat dan menumbuhkan kebaikan bagi kita. Menjaga kelestarian alam sama halnya kita menjaga agar banjir dan tanah longsor tidak menjadi sebab potensi porak porandanya kelestarian manusia.

Tuhan menciptakan alam semesta dengan kompleksitas yang mungkin tidak pernah kita bayangkan. Sekecil apapun entitas pasti memiliki relasi dengan entitas yang lain secara langsung ataupun tidak langsung, kecil maupun besar, bagi yang mau menggali dan berpikir rumit. Seunit virus pun pasti memiliki relasi dan dampak bagi segerombolan bintang di angkasa sana, entah besar, entah kecil. Maka upaya sekecil apapun yang kita proseskan untuk kelestarian alam pasti berdampak juga terhadap keseimbangan dan kelestarian hidup manusia. Gelombang positif yang kita getarkan untuk kelestarian alam itu kemudian akan mengular, sambung-menyambung hingga ke-positif-an itu akan sampai kepada kita jua.


Narasi diatas mungkin terdengar manusia-centris, dan memang sengaja dibuat agar framenya menjadi manusia-centris. Kita terkadang agak sulit mengupayakan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan badan kita, diluar ekosistem pikiran dan tubuh kita. Kita terlalu sulit membayangkan efek buruk suatu hal terhadap beruang misalnya, atau pohon jati misalnya, dibanding membayangkan efek buruk yang akan terjadi pada kita. Toh, kalau mau dipikir ulang semua gerakan lingkungan bisa jadi diinisiasi oleh ketakutan akan kepunahan populasi dan hilang kenyamanan hidup manusia.

Kita ambil contoh, memang kenapa kalau ada global warming?, Global warming akan menyebabkan suhu bumi meningkat, es di kutub akan mencair, ekosistem laut terganggu, perubahan iklim tidak menentu, kepunahan berbagai spesies hewan, dsb. Ekosistem laut terganggu tentu lebih sulit anda bayangkan, dibanding membayangkan bahwa efek global warming akan membuat kita kelaparan, penyakit akan mudah menular dan segala efek yang menyebabkan ketidaknyamanan dalam kehidupan kita. Bisa jadi, kita sebetulnya tidak betul-betul peduli pada alam. Kita mungkin hanya peduli pada diri kita sendiri, pada kenyamanan diri kita sendiri.

Tapi mau bagaimana lagi, lha memang umumnya kita lebih mudah memikirkan diri sendiri dibandingkan orang lain.

Salam,
Ditulis di belantara alam kota

Thursday, February 17, 2022

731 Hari

Pada awalnya, berjalan di pematang sawah adalah hal yang tidak sekejap mudah, kaki-kaki harus terbiasa, tangan harus mengayun sigap menjaga keseimbangan, pandangan harus awas melihat situasi. Barangkali karena takut terjerembab lumpur, lalu baju menjadi kotor. Atau tak siap pada apa-apa yang ada dibalik lumpur, tak suka pada hal-hal yang tak terprediksi memang wajar.


731 hari bersamamu menurutku juga terlalu sekejap, kaki-kaki kita ternyata masih terus membiasakan diri, tangan-tangan kita masih perlu mengayun agar seimbang, pandangan kita belum cukup awas melihat situasi. Bisa jadi, ratusan hari mendatang juga masih akan terlalu sekejap.

Maka sayangku, perlahan mungkin bisa kita mulai dengan berfantasi, andaikan kita terjerembab, bahkan tersungkur wajah kita di lumpur, kita harus tetep saling menertawakan, betapa lucunya kita, tubuh penuh lumpur bak kerbau mandi di siang hari. Persis seperti saat kita menertawakan helmmu yang hampir jatuh ke selokan waktu itu. Menertawakan artinya membuang ratap, membuang ratap artinya bersyukur, bersyukur artinya kita telah menemukan keindahan pada segala sesuatu yang kita lihat, karena keindahan hanya bisa terpancar oleh Yang Maha Indah.

731 hari bersamamu memang terlalu sekejap, untuk tahu dan memahami.

731 hari bersamamu memang terasa sekejap, meski sudah banyak prediksi yang telah kita bangun untuk hanya sekedar menyapa pada ruang dan waktu yang tepat.

731 hari bersamamu memang hanya sekejap, tapi buncahan perasaanku padamu terkatalis setiap saat.

Terima kasih untuk 731 hari yang entah bagaimana aku menyebutnya.

Mari kita titi hari demi hari dengan rasa syukur, supaya terlimpah ziyadah hubb ila Allah, cinta pada Yang Maha Mencintai.

Semoga kita selalu sujud dan mengajarkan kesujudan