ما من نفس تبديه
الا وله قدر فيك يمضيه
“Maa min
nafsin tubdiihi illa walahu qodrun fiika yumdhih”
-Tidak ada
satu nafas pun terlepas darimu melainkan disitu terdapat pula takdir Allah yang
berlaku atasmu.
Maqolah
indah dalam Hikam ini seperti menyayat berkali-kali, ada bebal yang sepertinya
tercabik-cabik.
Satu tarikan
nafas itu tentu bukan proses sederhana. Di dalam satu tarikan nafas itu, ada
paru yang menarik-hempas, ada otot-otot yang menyiut-renggang. Di dalam satu
tarikan itu ada molekul-molekul kimia yang saling berkolisi, saling berelektrik,
menghasilkan entitas baru molekul yang membangkitkan, memberikan energi yang
terdistribusi ke seluruh bagian dalam tubuh kita.
Satu tarikan
nafas itu juga soal tumbuhan yang berespirasi, menghasilkan oksigen-oksigen segar
sesuai pesanan penciptaNya. Satu tarikan nafas itu juga tentu melibatkan matahari
yang menjaga asupan foton dan energi-energi tak kasat bagi tumbuhan, angin yang
mendistribusikan udara itu ke segala penjuru.
Satu tarikan
nafas itu juga lahir dari pabrik-pabrik yang mengepul, asap knalpot yang
terkonversi dari reaksi-reaksi menakjubkan. Satu tarikan nafas adalah siklus,
dari serangkaian panjang proses kimia yang entah bagaimana selalu mampu
menghadirkan satu tarikan nafas yang menghidupkan.
Satu tarikan
nafas itu Allah persembahkan bukan hanya sekedar lewat asupan udara yang cukup,
tetapi Allah jaga Buminya supaya siklus kehidupan didalamnya tetap berjalan,
Allah jaga keseimbangan matahari dan planet-planet pengitarnya supaya tidak
saling bertabrakan, Allah jaga keseimbangan galaksi-galaksi, semesta raya.
Ya, Allah
jaga keseimbangan semesta raya ini untuk satu tarikan nafas itu.