Monday, January 24, 2011
Telor dan Sayuran, Vitamin Kehidupan
Masih muda, tak sekekar badanku memang, tapi dia sepertinya termasuk orang yang pekerja keras. Pemuda yang kutemui di bus waktu itu bukanlah seorang eksmud (eksekutip muda), tapi aku yakin omzet usahanya sudah menembus puluhan juta. Bukan dari sebuah perusahaan besar pula dia memperoleh penghasilan. Usaha yang mungkin buat sebagian orang adalah hal yang remeh dan bukan favorit. Jualan telor dan sayur-sayuran, begitulah usaha yang dia jalani selama ini. Dia banyak cerita soal kesibukannya dalam mengurusi usaha itu. Disaat anak-anak muda seumurannya termasuk aku masih suka foya-foya. Aku lihat begitu dia membanting tulang mencari nafkah. Tak jelas siapa yang dia nafkahi, tapi sepertinya dia benar-benar mepersiapkan masa depannya. Gayanya memang biasa saja, dia sangat inklusif. Diantara suara mesin bis yang meraung dia menceritakan kesibukannya mondar mandir dari satu kota ke kota lain. Siang malam dia habiskan di jalanan dan di pasar. Sabtu minggu dia sempatkan menimba ilmu di sebuah univeritas. Sebuah aktifitas yang sangat membuatku iri hati. Pertemuanku dengan dia menjadi seperti sebuah teguran dan dorongan untuk kembali mengoyak akar pangkat, menjajak gonometri yang tak pernah kubisa ataupun sekedar mengingat kembali kuliahku yang sering kutinggal. Aku senang dengan ini, aku senang dengan kuliah-kuliah jalananku ini. Semoga saja aku masih bisa terus berberbenah. Karena aku yakin aku masih lemah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment