“Prof, kenapa anda itu selalu terlihat bahagia, bahkan tidak
pernah saya lihat wajah anda itu suram seperti para politisi itu. Adakah sebuah
algoritma alam yang membuat anda seperti itu?”,
melihat pertanyaan Dampit, sang guru pun terkekeh.
“Sur, lha
wong aku ini orangnya
mudah terinspirasi, melihat Mario Teguh saja aku terinspirasi, mendengar pidato
Obama saja aku terinspirasi.”
“ya wajar saja, mereka kan memang orang-orang besar yang banyak
memberikan inspirasi. Ndak ada yang istimewa prof, biasa saja”,
sahut Lungsur begitu saja.
“kamu itu tidak dengar to tadi?, aku bilang ‘Mario Teguh saja’,
‘Obama saja’. Itu artinya aku itu memang mulai mudah terinspirasi dari hal-hal
biasa”
“karena aku juga mudah terinspirasi pada tempe penyet, jus
jeruk, tembok sekolah, piring pecah, trotoar jalan, tukang sapu, semut kelindes, penjual mi ayam, bulu ayam,
pedagang putu, nasi mambu, mambusampah, sampai kotoran Anjing
yang tidak pernah kulihat”
“nah, yang barusan itu kusebutkan berdasarkan levelnya yang
semakin meningkat”, prof Dampit mulainyerocos seperti mau pidato kenegaraan.
“lho prof, semua itu kan hal-hal biasa yang sering kita temui.
Masa sama begitu saja anda terinspirasi.”
“kalau semua hal kamu anggap biasa, pantas saja pikiranmu
mempersilahkan usiamu lewat duluan”
“proses penginspirasian itu berkaitan dengan sinambungnya hati
dan pikiran, hati yang mewakili kinerja olah batiniah mengcapture fenomena, lalu diloading ke pikiran yang berfungsi sebagai
pembuat mekanisme dan sistematika ide, dan ingat semua itu selalu dikontrol dan
diawasi oleh Sang Maha Supervise. Jadi, terinspirasi itu berkaitan dengan setting olah batin dan olah pikiran, tidak
peduli fenomenanya apa. Kalau hati dan pikiranmu pas dan di dalam dirimu kamu
posisikan Supervisor yang pas, maka siap-siap saja menjadi miliuner inspirasi.”
Dampit hanya terdiam, entah karena bathinnya belum mengcapture atau loadingnya yang lama. Atau
jangan-jangan karena ketidakmampuan keduanya itu, sekarang ia berada pada
posisi ngehenk.
No comments:
Post a Comment