Dari
semalam, suara takbir tak pernah sepi dari telinga Lungsur. Handphonenya yang
bernada dering ‘Takbir’ itu tak berhenti berbunyi, berbagai macam ucapan
selamat hari raya idul fitri memenuhi inboxnya.
“Allohuakbar…Allohu akbar….Allohu akbar….la
ilah……..”, satu pesan masuk.
“Allohuakbar…Allohu akbar….Allohu akbar….la
ilah……..”, belum selesai bunyi sms pertama, pesan kedua menyerobotkan bunyi
semula.
Dampit yang sedang berhalal-bihalal
ke rumahnya menjadi gusar.
“Sur, kamu jadi
atheis ya sekarang?”
“kok gitu prop?”
“lha itu, nada
smsmu. La ilah…la ilah…ndak ada tuhan…ndak
ada tuhan….”
“iya prop, dari
semalam banyak sms masuk, semuanya mengucapkan selamat hari raya idul fitri.
Mohon maaf lahir bathin katanya”
“Nah, kamu sendiri
ndak ngirim sms begituan juga sur”
“Aku baru ngirim
begituan ke Tuhan aja prop, yang lain malah belum sempat”
“Wah iya, kelalen (terlupa) aku Sur sama Tuhan”
“Nah lho, kok
jadinya sampean yang la ilah prop”
Keduanya terdiam, lalu diam-diam
tertawa.
“Sampean sudah kirim
smsnya kemana aja prop?”
“Cuma ke Paijo si
penganut dharmo gandul, Joseph saudara kristenku, Agus kawan budhaku, sama Mona
teman diskusiku yang atheis itu”
“Walah, mereka kan
non muslim prop. Ndak takut haram prop?”
“Aku cari-cari belum
nemu fatwa MUInya Sur. Yang dibahas tiap tahun malah pengharaman mengucapkan
selamat natal oleh umat muslim. Lha aku kan mengucapkan selamat idul fitri ke
non muslim. Lagi pula, aku malah senang kalau ada orang non muslim ikut serta
merayakan Idul Fitri, tambah rame to”
“Betul prop, semoga
semuanya kembali fitri”
“Semuanya siapa sur?”
“Ya semuanya prop……”
“ladalah…”
No comments:
Post a Comment