Katanya
bumi sudah semakin tua. Betul, bukankah anak 6 tahun semakin menua dibanding 2
tahun lalu?. Bumi sudah semakin rapuh. Apakah itu karena banyaknya bencana alam
belakangan ini?. Semacam pak tua renta yang sudah ringkih, batuk-batuk dan banyak
penyakitnya.
Justru
sepertinya bumi sedang memasuki masa puberitasnya, sedang ekspresif-ekspresifnya.
Atau, mari kita masuk pada sebuah pemahaman bahwa segala sesuatu itu hidup,
bahwa benda mati pun sesungguhnya punya kehidupan. Maka filosofi hidup bumi
adalah kehidupan manusia, artinya sistem jaringan tubuh bumi berupaya agar
dirinya tetap menjadi tempat terbaik bagi kelangsungan hidup manusia.
Angin topan
(lesus), bukanlah sekedar fenomena perbedaan suhu ekstrim belaka, bukan pula
wujud kemarahan alam pada manusia. Itu merupakan salah satu rutinitas bumi,
semacam pekerjaan ibu rumah tangga. Topan
adalah cara bumi menyapu polutan dari udara, seperti halnya ibu –pembantu-
rumah tangga dengan vacuum cleanernya. Karena dibalik udara yang baik ada karbondioksida
yang baik pula - hehe.
Banjir
bandang adalah cara bumi mengencerkan konsentrasi limbah. Karena dibalik air
yang baik ada ikan-ikan yang baik hati pula.
Tanah
longsor, gempa bumi merupakan ikhtiar bumi untuk menutup lubang-lubang galian. Supaya
tidak ada yang terperosok tentu.
Bencana
alam (dibaca: pekerjaan rumah alam) tampaknya juga harus dipandang sebagai I’tikad
baik alam untuk melayani manusia, atas ridhoNya tentu. Bumi, diciptakan Alloh
tidak hanya sebagai rumah bagi manusia, tetapi juga mampu berperan menjadi ibu
rumah tangga, yang pula mampu bersih-bersih rumah, yang mampu merawat, yang
mampu menyenangkan hati dan tentu sesekali memuaskan.
Siapa
bilang bumi sudah tua, justru bumi sedang memasuki masa puberitasnya, sedang
semangat-semangatnya. Hanya saja, semoga Alloh tidak menakdirkan bumi mati muda.
No comments:
Post a Comment