Hingga sekarang rumus-rumus itu
masih sering kita temui di teori-teori mekanika. Kegeniusannya sudah tak perlu
diragukan lagi. Kepopulerannya menempatkan ia pada urutan ke-2 di daftar 100 tokoh paling berpengaruh di
dunia (Michael H. Hart) lebih tinggi dari pada Figur-figur agama seperti Nabi
Isa, Buddha maupun Kong Hu-chu. Begitu hebatnya ia menempatkan pondasi-pondasi
pengetahuan yang kemudian hari ternyata mampu merubah hegemoni pengetahuan.
Ada juga Archimedes, filusuf
sekaligus ilmuwan yang hidup abad 200an SM ini banyak menciptakan konsep-konsep
matematika berikut teori terapan seperti hidrostatika. “eureka”, kata yang
sering kita dengar itu juga berasal dari lisannya. Dan banyak lagi tokoh-tokoh
hebat yang membuat kita melongo, berdecak kagum atas kehebatan-kehebatan
penemuannya. Hingga terkadang kita pada zaman sekarang ini merasa bahwa eranya
sudah habis. Penemuan-penemuan bombastis sudah tak sesporadis dulu.
Era kita mungkin tak kalah hebat,
coba siapa yang bisa datangkan Newton ke zaman sekarang. Ia mungkin akan
terkaget-kaget melihat benda buatan manusia yang bernama pesawat bisa mengelilingi
bumi hanya beberapa hari saja. Apalagi
kalau ia tahu bahwa yang digunakan adalah hukum-hukumnya, mungkin ia bisa jatuh
pingsan. Apalagi Archimedes, ia yang hidup di jaman sebelum masehi mungkin akan
jantungan melihat kapal selam buatan
manusia sekarang bisa berselancar berjam-jam bahkan bermil-mil jauhnya, belum
lagi torpedonya yang bisa menghancurkan karang-karang dengan akurasi tinggi. Bahkan
mungkin ia akan frustasi mendekati gila ketika tahu bahwa teknologi itu
dikembangkan dari formula-formulanya.
Kehebatan masa lalu memang patut
untuk dikenang dan diperbincangkan sebagai barometer kemajuan. Ia merupakan
bagian dari sejarah kejayaan peradaban manusia. Seperti halnya diri kita,
kejayaan di masa lampau akan menunjukkan betapa hebatnya ‘diriku’ waktu itu. Seolah
para pelaku-pelaku jaman sekarang sudah tak sehebat dahulu. Tetapi hati-hati,
terkadang ‘selalu’ melihat masa lalu dapat menjadi indikator betapa lemahnya
kita di saat sekarang. Masa lalu dijadikan tambalan atas
kekurangan-kekurangannya di masa kini.
Hanya menuntut untuk bijak, bahwa
masa lalu adalah cerita dan masa sekarang adalah realita. Memperlakukan cerita
sebagai runtutan dari realita sekarang nampaknya akan membuat kita tak tampak
lemah di hadapan Tuhan, karena itu pertanda kita adalah hamba yang pandai
bermuhasabah.
2 comments:
^_^ Nice entry .. tetap semangat ng-blognya ya ..
terima kasih mbak!
justru karena ga semangat makanya ngeblog
Post a Comment