Beberapa orang sudah memenuhi barisan
kursi depan sebelum jam menunjukkan pukul 08.00. Antusiasme peserta sudah
terasa sejak awal. Peserta memang didominasi oleh mahasiswa UGM, tetapi dari
list peserta tampak ada juga beberapa kampus sekitaran Jogja bahkan terlihat
dua peserta dari Unpad.
Pak Dahlan Iskan
Semua
terlihat riuh ketika pak Dahlan Iskan berjalan dari belakang menuju panggung.
Setelan kemeja putih dan sepatu kain hitam, dan tentu tak lupa sepatu ketsnya yang belakangan menjadi
fenomenal itu. Didampingi pak Rektor UGM terpilih, Prof. Pratikno, dan juga para
pembicara lain, pak DIS terlihat sangat energik.
Di
dalam uraian singkatnya, pak DIS banyak menekankan pada urgensi pengentasan
masalah pangan dan energi. Memang dua hal itu menjadi topik tersendiri,
mengingat pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Mungkin
masyarakat masih ingat dengan swasembada pangan yang sempat melanda Indonesia
pada masa lalu. Dan juga energi yang menunjang kemajuan hidup manusia. Kedua
hal ini memang sangat riskan untuk dimonopoli, karena memang tuntutan kontinuitasnya
tak bisa ditolerir lagi.
“1.8
juta ton impor pemerintah masih impor beras untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat” begitu kata pak DIS.
Bukankah negara kita adalah negara agraris, kalaupun itu istilah untuk
Indonesia masa lampau, minimal masyarakat harus tau bahwa itu artinya kita
punya potensi, khususnya untuk SDM dan lahan. Tinggal yang menyebabkan kita
tetinggal jauh dari Thailand dan Filipina adalah teknologi, baik kualitas bibit
maupun mekanisasinya.
Oleh
sebab itu, muncul beberapa program pemerintah melalui BUMN yang berada dibawah
kepemimpinan pak DIS dalam upaya mengupgrade kualitas pertanian Indonesia.
Diantaranya adalah :
1. Yarnen (Bayar waktu panen)
Mekanismenya yaitu petani dapat
meminjam bibit kualitas bagus kepada pemerintah berikut pupuk dan pestisidanya.
Nanti biayanya akan dibayar saat panen. Program ini digagas mengingat bahwa
petani kita ketika menggarap masih belum dengan kualitas bagus. Contohnya
karena tidak punya uang, petani akan membeli bibit dengan kualitas seadanya.
Maka yang kemudian dihasilkan saat panen adalah gabah dengan jumlah seadanya.
Bisa dikatakan bahwa produksi pangan unggul masih terabaikan. Bayangkan
sebelumnya rata-rata hasil panen petani adalah 5.1 ton/Ha, tetapi lewat program
ini rata-rata petani sudah dapat menghasilkan 7 ton/Ha. Hasil yang cukup
signifikan. Yang pasti kedepan harus lebih bisa ditingkatkan dengan target
hingga tonase tertentu. Sudah ada 1.2
juta hektar lahan yang disiapkan untuk kelanjutan program ini.
2. Proberas
Konsepnya yaitu petani menyerahkan
sawahnya untuk kemudian dalam penggarapannya akan difasilitasi oleh BUMN,
tetapi yang menggarap tetap petani tersebut. Tapi nantinya BUMN akan meminta
5.5 ton per hektar, dan sisanya akan diberikan sepenuhnya kepada petani.
Mari kita doakan dan kita dukung agar hal-hal ini
menjadi solusi.
Penjabaran
singkat mengenai program-program itu diharapkan dapat direspon positif oleh
masyarakat. Dan masyarakat mahasiswa tentunya harus menjadi pioner dalam
membangun optimisme dan sikap positif itu.
Perlahan
cahaya pagi semakin meninggalkan gedung Purna Budaya itu, pak DIS semakin
bersemangat begitu pula para peserta. Ada hal unik yang dikatakan beliau mengenai
shoping idea dan shoping spirit, menunjukkan betapa beliau tak pernah berhenti
mencari dan bekerja keras. Shoping idea
biasa beliau lakukan dengan berkunjung ke Amerika minimal 6 bulan sekali saat
masih menjabat pimpinan Jawa Pos. Itu dilakukan untuk mencari ide-ide menarik
yang mungkin bisa dikembangkan dan diterapkan di Indonesia. Sebuah pesan bahwa
sebenarnya tak ada salahnya meniru ketika hal tersebut membawa manfaat dan
masih dalam konteks prosedural. Shoping spirit
beliau lakukan dengan mengunjungi Tiongkok. Kenapa Tiongkok?, mungkin
karena Indonesia dan RRC adalah sesama negara berkembang yang juga sedang
sama-sama membangun. Dan mungkin masyarakat RRC lebih memiliki optimisme dan
sikap positif dalam mengembangkan dan memajukan negaranya. Bahkan
gagasan-gagasan beliau tentang solusi pangan Indonesia juga banyak merujuk dari
RRC.
Selain
itu, beliau juga berbicara mengenai kebutuhan daging sapi. “Tahun 2011,
Indonesia impor sapi 350 ribu ekor” begitu kata pak DIS. Beliau mengungkapkan
bahwa masalah yang muncul dari peternak sapi adalah harga pakan yang semakin
mahal. Beliau kemudian membuat teknik ternak sapi yang diintegrasi dengan
perkebunan kelapa sawit (yang dikelola PTPN). Jadi jarak atar pohon kelapa sawit akan digunakan untuk ternak sapi.
Untuk pakan sapi dapat memanfaatkan tandan yang biasa dibuang begitu saja.
Target 2012 ini adalah 100ribu ekor sapi dapat diternak dan diharapkan dapat
menutupi kebutuhan impor pada 2013.
Pemaparan
singkat beliau disambut applaus
penonton yang terdengar riuh sekali. Banyak hal sebenarnya yang dapat
dibangkitkan dari bangsa ini, hanya sikap optimistis dan positif thinking
sambil bersama-sama bekerja lah bangsa ini dapat menjadi bangsa yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuu,
aamiin.
Foto-foto dokumentasi bisa dilihat di :
No comments:
Post a Comment