Aku bilang “keluarga kita”
Ambiguitas itu memang
sengaja kulontar padamu.
Sekarang, kamu pahami
keluarga kita sebagai keluargamu dan keluargaku. Dua keluarga yang tidak ada
sangkut pautnya, dua keluarga yang saling tanya siapa. Seperti halnya dirimu disana
dan aku disini yang bersamaan sarapan di jam 7 pagi.
Suatu saat nanti, ku ingin
kamu menyadari bahwa keluarga kita adalah keluargamu yang juga keluargaku dan
keluargaku yang juga keluargamu. Dua keluarga yang saling bertaut, dua keluarga
yang tersimpul oleh rasa kita. Seperti halnya kita yang duduk satu meja
menikmati senja.
“keluarga kita” ku ucap
sebagai ungkapan harap. Bahwa yang sekarang adalah prasangka, sedang yang akan
datang adalah do’a yang terupa.
foto disini
2 comments:
prikitiiiw.
weeee, mas Hilmy tak tunggu kabar baiknya.
Post a Comment