Lungsur yang tiap hari bekerja sebagai pengangguran memang kerap kali terlihat sibuk. Siang ini dia dapat kiriman Es dawet dari Bu Sumarno yang telah dibantunya memperbaiki genteng rumahnya yang bocor. Dampit yang sedari tadi memang sudah di gardu. Akhirnya dapat ikut kebagian juga.
“Silakan
mas Lungsur, mas Dampit. Ini ada es dawet buatan saya sendiri” Ujar Bu Sumarno
dengan bibir bergincu merah khasnya.
“Terima
kasih, Bu” sahut mereka berdua
Mereka
tampak menikmati dawet Bu Sumarno, hingga tak ada suara yang keluar sampai
Dampit berucap
“Sur, apa rasa gula?”
“Manis”
“Manis itu apa?”
“Ya,
manis, ya seperti rasa gula, seperti juga dawet ini”
“Lho,
kamu jelaskannya jangan pakai seperti-seperti. Jelaskan saja secara objektif
dan deskriptif. Kalau seperti rasa gula, itu kan rasa ‘kemanusiaan’, belum
tentu rasanya sama seperti yang dirasakan semut, atau lebah, atau bahkan lidah
buaya ini. Meskipun yang dicicip sama-sama gula”
Tak
banyak yang bisa menjelaskan dengan lebih detail apa itu manis, selain
dikaitkan dengan gula.
Kamus
Oxford mengatakan, manis (sweet)
sebagai tasting like sugar. Kamus
bahasa indonesia mengatakannya sebagai rasanya seperti rasa gula. Bahkan buku
kimia pun hanya menjelaskan mekanisme saja.
Semua
orang paham tentang manis, dan disepakati rasa manis itu ya seperti itu, yang
muncul seperti kita makan gula. Begitu membingungkan memang ketika sebuah
kemengertian yang dipahami bersama, diketahui banyak orang, justru malah tidak
mampu dijelaskan secara objektif.
“Sekarang
coba kamu baui bunga mawar itu” suruh Dampit pada Lungsur yang segera bergegas
ke samping gardu yang memang ditanami mawar
“Bagaimana
baunya” tanya Dampit
“Ya,
wangi lah Prof” jawab Lungsur
“Ya
memang wangi, apa wangi mawar sama dengan melati?”
“Beda”
“Oke,
sekarang coba jelaskan yang bau mawar”
“ya,
seperti itu”
“hehe”
“Begitulah
sur, ketika orang ditanya tentang wangi mawar. Penjelasan paling panjang bisa
jadi hanyalah sederet kata-kata puitis yang entah apa maksudnya.”
“Maka,
bisa jadi inilah kenapa Tuhan menciptakan indera. Ada banyak hal yang jangan
dipaksakan untuk dijelaskan, ada banyak hal yang sebaiknya persilakan saja kepada
indera untuk menjelaskan”.
“Prof,
Esnya dingin ya”
----------
Ladang
Arofah, 14 Oktober 2013
No comments:
Post a Comment