Sore itu rintik hujan
sedang mendatangi desa, di
gardu kamling seperti biasa, Lungsur dan Dampit sedang ngobrol ke segala
penjuru arah.
“Ada rokok ndak prof,
hujan-hujan, dingin-dingin memang paling enak ngerokok”
“Aku sudah berhenti merokok sur,
aku melihat gelagat kegusaran masyarakat tentang merokok sur”, ujar Dampit
serius.
“Gusar kenapa prof?”
“Kamu ingat ndak peringatan
dibungkus-bungkus rokok yang lama”
“yang MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN
KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN itu?”
“Betul, ingat betul ya kamu”
“Gimana ndak prof, tulisan itulah
yang membuatku akhirnya berucap pada Tuhan, ‘ ya Tuhan, penyakit-penyakit itu
tak akan menghalangiku untuk tetap beribadah kepadaMu. ”
“Nah, itulah sur. Orang-orang
seperti kamu inilah yang akhirnya membuat mereka gusar sehingga peringatan itu
diganti menjadi MEROKOK MEMBUNUHMU. Mungkin mereka berpikir kalau kamu
meninggal, sudah tak ada kesempatan beribadah lagi untukmu”
“hahaha. Tak masalah kalau
terbunuh prof, toh setiap orang kan pasti akan mati. Yang
penting khusnul khotimah, jadi bisa masuk surga”
“Ssst, jangan keras-keras sur.
Nanti kalau ada yang dengar aku khawatir mereka semakin gusar, sehingga
peringatan di bungkus rokok itu diganti lagi”
“Diganti gimana prof?”
“MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN MASUK
NERAKA”
“Wah, kalau peringatannya dibuat
sampai titik penghabisan seperti itu, harus bagaimana lagi kita prof”.
Hujan pun merintik semakin kerap,
sementara mereka masih termenung dengan pikirannya masing-masing. Sementara
itu, dari kejauhan Prasojo datang tergopoh-gopoh mendatangi gardu, berharap
bajunya tak basah kuyup.
Dari balik sakunya, tangan
Prasojo seperti mengambil sesuatu,
“Rokok mas?”, ia menyodorkan
rokoknya
Lungsur dan Dampit pun saling
berpandangan tanpa terucap kata untuk kesekian kalinya .
No comments:
Post a Comment