Kamu yang
pandai merasakan makna pasti tau, bahwa satu-satunya hal yang membuat kita satu
adalah waktu. Cuaca yang seenaknya, langit yang tak pandai merayu, bumi yang
pasrah begitu saja, muncul sebagai simpulan kita pada jutaan milisekon
perlaluan.
Suatu kali
kamu pernah bilang,
“kenapa kamu
bicara terus?”.
Ada kalanya burung
harus berkicau di pagi hari, menyapa semut yang sudah sedari tadi berpeluh
mencari sarapan pagi, membuatkan senyum bagi ranting-ranting buah ceri. Atau setidaknya
pengayaan frekuensi, bukankah udara sesekali juga perlu liukan-liukan yang
bervariasi?
Sekali
waktu, kamu malah menggerutuiku,
“Sudahlah,
jangan diam saja!”.
Terkadang
bunga harus tetap diam untuk membuatnya tampak menawan. Meskipun kadang kala
dia minta bantuan angin agar terlihat lebih menawan.
Lalu, kapan
kita bertemu?
Supaya kamu bisa ajari aku bagaimana cara bicara dalam
diam.
No comments:
Post a Comment