Saya ingin coba
mengungkapkan opini saya mengenai gudeg dan bacem jogja (memiliki
kesamaan, sama-sama manis). Banyak teman-teman luar daerah khususnya
sumatera yang mengeluhkan selera masakan jogja yang cenderung manis.
Terkadang saya pun mengeluhkan hal yang sama. Tak heran warung-warung
makan yang menyediakan menu pedas akan ramai di padati pembeli. Tetapi
jangan salahkan manis.!!. saya sedikit berfikir mengenai manis. Sebagai
anak kos yang tinggal bersama ibu kos, saya kerap mendapat jamuan
masakan-masakan yang manis bahkan kelewat manis. Apalagi setelah idul
adha ini saya semakin banyak melihat masakan manis. Tahu bacem, tempe
bacem, bahkan daging kurban pun di bacem. Bagi yang belum tahu (bukan
makanan, tapi tahu ; know) bacem, masakan bacem adalah masakan
yang di rebus dengan air kemudian ditambah gula merah setelah sebelumnya
dibumbui hingga airnya hampir habis.
Saya melihat
seperti ada sebuah proses bukan sekedar memasak disitu, seperti ada
tujuan tertentu dari ‘pembaceman’. Baru saya sadari kemudian bahwa gula
adalah salah satu bahan yang dapat mengawetkan makanan. Mengapa gula
dapat mengawetkan makanan?. Tujuan utama dari pengawetan adalah untuk
mencegah pertumbuhan mikroba di dalam makanan (winarno.1993). Mikroba
akan mendegradasi zat-zat organic yang terkandung di dalam makanan,
seperti karbohidarat, protein, dsb. Sehingga akan menyebabkan kondisi
fisis makanan tersebut berubah (basi). Dengan adanya gula, mengakibatkan
terjadinya penyerapan air dari tubuh mikroorganisme yang juga banyak
tersusun dari molekul air. Sehingga mikoorganisme tersebut mengalami
dehidrasi yang berujung kepada kelumpuhan bahkan kematian. Penyerapan
air oleh gula disebabkan karena adanya proses osmosis.
Tahu dan Tempe Bacem
Begitu
jelinya masayarakat jogja waktu itu, mereka mengetahui bahwa kelembaban
udara di Indonesia cukup tinggi (60-90 persen), yang artinya makanan
akan cepat busuk jika dibiarkan begitu saja. Sehingga sebuah metode
‘pembaceman’ yang dahulu bertujuan untuk pengawetan harus
mengeksploitasi lidah masayarakatnya hingga sekarang. Jadi, jangan
salahkan manis!!
Tak salah Jogjakarta disebut sebagai
kota pelajar. Tak hanya karena banyak pelajar yang memilih menimba ilmu
di kota ini. Tetapi ke’pelajar’an kota jogja juga berasal dari keramahan
masyarakatnya dan juga kebecikan tingkah laku budayanya.
Mari ke jogja dan nikmati ‘manis’nya jogja!!
1 comment:
enak tuu, tahuu bacem yang dgoreeng :D
tp sayang..lum nemu baceman yang enak djogjaa..
Post a Comment