Pagi-pagi Lungsur sudah mondar-mandir di kampung sambil
garuk-garuk kepala dan pantatnya. Melihat kelakuan aneh (karena lebih aneh dari
biasanya) Lungsur, Sampir yang sedang membersihkan halaman rumahnya menyapa
Lungsur
“kamu ngapain Sur, sudah kayak bedhes
tandakan*) aja”
“ya, aku ikhlas jadi bedhes
tandakan, kalau
Gusti Pengeran juga ridho dan gembira”
“ya kalau gitu, aku juga mau sur, sur”
“la da lah. Kok pada rebutan jadi bedhes**) ini gimana”, sahut
Sundari, istri Sampir, dari dalam rumah.
“kamu terlalu mainstream sih mbak, yang kami perebutkan itu
bukan menjadi bedhesnya, tapi ikhlasnya, juga ridho serta gembiraNya Tuhan”,
begitulah jadinya Lungsur karena terlalu sering bergaul dengan Dampit,
berbahasa sok filosofis.
“sudah, sudah, sini mampir. Tak buatkan kopi mainstream”, sahut
Sundari yang ternyata adalah sarjana filsafat.
“kamu ngapain garuk-garuk kepala dan pantat to sur”, tanya
Sampir
“aku lagi bingung mikir solusi memberantas korupsi di negeri ini
Pir”
“kamu ini siapa?presiden?menteri?ketua KPK?. Lagian kalau kamu
sedang mikir, kenapa pakai garuk-garuk pantat?, kalau kepala sih wajar saja.
Itu artinya kamu juga korupsi Sur, pantat kan bukan tugasnya mikir, kenapa kamu
intimidasi untuk ikut mikir”
“justru itu yang aku pikirkan, awalnya memang aku mikir solusi
pemberantasan korupsi. Tapi karena bingung sendiri, akhirnya aku jadi mikir,
apa benar pikiran itu produk dari otak yang adanya di dalam kepala?”
“ya iya lah. Dia kan pusat kendali syaraf”
“lha terus pikiran itu apa?dia kan makhluk halus, ada tapi tidak
ada wujudnya. Sedangkan yang kamu bilang pusat kendali syaraf itu kan barang
kasar, bisa kamu rasakan, bisa kamu buat jadi sup otak. Terus, kalau mencintai,
menyayangi, merasa iba itu produknya siapa?hati?. bukannya hati itu penawar
racun, sedangkan heart adalah alat pompa darah.”
“mmmmm”, Sampir terdiam sambil memegangi dagunya.
“ditanya kok malah diam aja. Kamu lagi ngapain ini?”
“lagi berpikir menjawab pertanyaan-pertanyaanmu”
“nah, yang bekerja kan harusnya otakmu, ngapain kamu pegang
dagu?. Apa kamu tidak menyadari komponen manusia lainnya?bukannya kita punya
ruh, dialah makhluk halus yang tentu punya keahlian dan ketrampilan untuk
menghasilkan produk-produk halus”
“lha ruh itu dimana?”
“ngapain kamu tanya dimana itu ruh”
“ya, supaya bisa digaruk, supaya bisa diintervensi untuk mikir
dan merasa”
“ya ada di dalam dirimu, disetiap elemen tubuhmu”
“wah, masa harus garuk-garuk seluruh tubuh. Dikira keroken***) aku”
“Baajigur, apik itu”
“ Itu artinya, doktrin ilmiah telah mengarahkan kita pada
perilaku fisik yang me’wujud’kan pikiran atau akal sebagai otak. Yasudah mulai
sekarang aku akan sesekali garuk-garuk dengkul, sesekali garuk perut, sesekali
garuk pantat kalau sedang berpikir”
Mereka terkekeh, saat itu juga terlihat Dampit sedang berjalan
melewati rumah Sampir sambil garuk-garuk badan seperti orang keroken.
“ngapain prof?”
Dampit menoleh,
“lagi bingung mikir bayar utang”.
*)bedes tandakan : kera pertunjukan. Biasa di lampu merah atau
keliling pemukiman
**)bedhes : kera jenis ekor panjang
***)keroken : gerakan artikulatif karena gatal-gatal di tubuh