Aku bermimpi ke Jerman, bertemu dengan seorang wanita yang
bersedia menemaniku mengenal negeri Der Panzer itu. Wajahnya ayu, berambut
panjang, cukup tinggi untuk ukuran seorang
Indonesian. Yang kuingat adalah ia membawaku ke sebuah gedung, tidak
terlalu tinggi, berlantai kayu, disepanjang dinding ku lihat lemari-lemari
tertempel dengan ribuan buku. Ya, disepanjang tangga ke lantai yang kutuju
hanya ada jajaran buku. Inikah Jerman. Negeri yang banyak melahirkan
ilmuwan-ilmuwan revolusioner, negeri yang banyak menemukan teknologi-teknologi
tak terkira.
Di ruangan
itu ternyata si Gadis sedang mengikuti kursus bahasa Jerman. Sang pengajar
adalah seorang Ibu tua yang ramah. Tinggi kurus dengan wajah tegas khas Jerman.
Si gadis berada paling belakang. Aku terpesona, cara dia berucap lucu. Sambil
menunggu dia keluar, kusempatkan berjalan-jalan melihat kota. Rapi memang,
teratur dan artistik. Ini seperti nyata, sayang memang hanya sekedar mimpi.
Ini bukan
tentang mimpi setinggi langit, ini bukan tentang Sang Pemimpi. Karena ini
tentang mimpi Si Bunga Tidur. Ini memang hanya mimpi yang tak pernah
kubayangkan sebelumnya. Aku baru saja bermimpi. Tapi
“Bolehkah mimpi itu kumimpikan setinggi langit?”
No comments:
Post a Comment