Thursday, May 30, 2013

Laa Tahzan = Bersedihlah





-Cerita bersama teman Lungsur dan Prof Dampit-

“Sore ini aku menangis begitu sedu, air mataku begitu membuncah laksana gairah.”

Ada apa gerangan engkau menangis hai kawanku?

“entahlah, aku seperti menangis tanpa sebab, atau mungkin karena sebab-sebab yang begitu banyak, sebab-sebab yang beragam, sebab-sebab yang memiliki begitu banyak definisi. Sehingga begitu susah untuk menjadikan ia menjadi sebab”

Lho, memang apa yang kamu rasakan.

“aku merasakan kesedihan yang membuatku begitu merasakan kegembiraan”

Kesedihan akan hal apa itu?

“kesedihanku sebagai hamba Allah, sebagai umat Rasulullah, sebagai anak dari seorang bapak, sebagai pengalir jariyah dari seorang Ibu, sebagai sahabat dari banyak manusia, sebagai pecinta malaikat dan pengagum Iblis, sebagai teman hidup begitu banyak tumbuhan dan hewan”
Itu kan bukan jenis kesedihanmu, itu kan baru deskripsi subjek pelaku kesedihan.
“itulah, aku juga ndak tau”

Subhanalloh, alhamdulillah, kamu sudah disedihkan olehNya. Kamu mungkin terlalu bahagia selama ini, hatimu mungkin begitu sempit untuk menerima kesedihan, dalam dirimu ada selapang ruang bagi kegembiraan, sehingga kamu mengabaikan anugrah Alloh yang begitu indah atas kesedihan. Maka, bersedihlah, supaya kamu mengerti kenapa “Laa Tahzan”.  

Lagipula, Alloh bisa saja menyedihkanmu atau membahagiakanmu tanpa alasan, maka hati-hati, jangan suka mencari-cari alasan. Kalau tidak ketemu apa yang kamu cari, lantas kamu ‘stress’ jangan salahkan aku.

L

kok masih menangis lagi?

“kamu membuat sebab tangisku menjadi nyata”


Thursday, May 2, 2013

Ziqinium-small element


inspired from IBM "Big Brain"