Thursday, August 30, 2012

Hari Raya Kemerdekaan Indonesia


Momen 17 Agustus tahun ini yang sengaja Alloh sandingkan dengan Hari Raya Iedul Fitri adalah anugrah spesial yang diberikanNya khusus untuk Masyarakat Indonesia. Hari kemerdekaan memang bukan hari raya keagamaan, tetapi boleh diyakini bahwa para pejuang kemerdekaan telah melandaskan perjuangannya pada nilai-nilai religiusitas. Lihat saja kerangka awal pancasila, atau perhatikan saja 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Romadhon, sebuah momen yang juga sangat sakral bagi masyarakat muslim. Para pejuang khususnya mencoba menghimpun spirit Nuzulul Qur'an agar Alloh memberikan berkah melimpah sebagaimana turunnya Kitab Suci Al-Qur'an yang membawa kemaslahatan bagi alam semesta.

Atau lihat saja tanggal kemerdekaan kita, ya, 17 Agustus (17-8). Sekarang mari kita lihat ayat 17 dari surat Al-anfal (surat ke-8).

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah lah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah lah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu’min dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ayat tersebut memberikan pesan yang istimewa mengenai kemenangan. Sebagaimana Allah memberikan kemenangan kepada bangsa Indonesia 14 abad sesudah itu, yang juga menjadi titik tolak kedaulatan bangsa kita, Kemerdekaan Indonesia. Sebuah kemenangan yang disebutkan sebagai kemenangan yang baik. Kebaikan dengan kualitas tinggi, kebaikan yang memiliki standar yang mulia, kebaikan milik Allah. Bukan kebaikan menurut si Joko yang sholatnya saja terkadang masih tak lengkap, ataupun menurut si Julia yang masih sering kali su’udzon terhadap sesamanya. Kemenangan ini lantas seharusnya kita yakini bahwa Indonesia senantiasa berada dalam kasih sayangNya, bahwa Indonesia dengan jutaan kaum mu’minin di dalamnya akan turut serta menebarkan kebaikan kepada sesamanya, kepada dunia bahkan kepada semesta raya.

Indonesia mungkin tidak akan pernah menghirup hawa kemerdekaan, kalau lah para pahlawan-pahlawannya tidak dianugerahi Allah sifat-sifat yang mulia, nilai-nilai kejuangan yang luar biasa tingginya, perilaku-perilaku tawadhu’ yang mempesona. Karena, seperti halnya pada ayat diatas, sesungguhnya yang harus disadari lebih dahulu adalah kesadaran penuh bahwa keterlibatan Allah adalah mutlak terhadap setiap hal yang diperjuangkan. Hal ini yang kemudian akan mengubur sifat-sifat patriotik yang membabi buta, yang hanya akan membawa pada kecelakaan belaka.

Maka, Generasi penerus sudah semestinya turut serta meneladaninya. Mengingat kembali beberapa jenak, bahwa, sebagaimana kemerdekaan Indonesia tercinta, kaya, pintar, populer, dan berbagai pencapaian hebat kalian lainnya adalah bagian dari kehendakNya, bagian dari sya’n Allah dalam memenuhi permintaan makhlukNya.

Indonesia tercinta, insyaAlloh, adalah negeri yang sangat disayang Alloh. Masyarakat Indonesia mengemban amanah menebar kebaikan di semesta raya. Bersama-sama mari kita ucap syukur atas anugerah Allah yang luar biasa indah dalam hidup kita, kemudian mari ucap basmalah untuk melangkah lagi, menyambut kehendak-kehendakNya yang lain untuk Indonesia yang semakin baik.

Selamat Hari Raya Kemerdekaan Indonesia.  

Monday, August 20, 2012

Mencari Merah Putih di Jalanan

-Ini adalah Tulisan tahun lalu, sedikit persembahan untuk Indonesia tercinta. Sayang sekali tahun ini belum mampu persembahkan apa-apa untuknya.-.
Bukan aksi besar, hanya aksi kecil yang kuharap dapat berefek besar bagi diriku. Moment 17 Agustus tahun ini (2011.red) menjadi saat yang istimewa. Bagaimana tidak, 66 tahun yang lalu para pahlawan sedang mencari barokah nuzulul qur’an untuk segera mengumandangkan kemerdekaan Indonesia, 66 tahun yang lalu saat mereka juga tengah berpuasa.

Aku namai saja aksi ini dengan “Mencari Merah Putih di Jalanan”. Aksi itu muncul secara spontan beberapa jam sebelum tanggal 17 Agustus yang lalu. Sebuah keinginan untuk secuil saja merasakan atmosfer 66 tahun yang lalu. Kemudian aku berfikir aksi apakah yang harus aku lakukan. Kemudian aku berfikir untuk berjalan kaki saja. Sebuah aktifitas yang selama ini telah banyak membawaku belajar banyak soal kehidupan. Dan kali ini juga aku berharap ada pelajaran lagi yang bisa aku bawa.

Berangkat dari TAO (titik awal operasi) tepat pada pukul 06.45, rute kali ini adalah depan SPBU Tanjung Laut hingga Pelabuhan Lokhtuan, Bontang. Jaraknya sekira 7 km. Tidak banyak peralatan yang aku bawa. Hanya sebuah kamera untuk dokumentasi dan backpack yang kugantungi bendera merah putih kecil. Berimajinasi bahwa aku sedang dalam tugas mulia. Seorang pemuda dengan tugas besar membawa bendera merah putih ke ranah nun jauh disana. Dengan bismillah aku langkahkan kakiku, berjalan di tengah orang yang sedang sibuk berangkat untuk beraktifitas (kerja dan sekolah) sedikit membuatku menjadi pusat perhatian. Tapi apakah aku harus malu?, bukankah malu akan membuat kita berada pada kesesatan. Setidaknya kesesatan berfikir.

Tema yang kubawa kali ini adalah “Di pinggir jalan, merah putih itu diletakkan”. Jadi, aku mencoba untuk merekam (mendokumentasikan) berbagai macam hal yang menggunakan merah putih sebagai warna dominannya selain bendera. Banyak hal ternyata, jembatan, pintu gerbang, list rumah, dll. Entah disadari atau tidak mereka cukup berjasa me’merah putih’kan tanah air ini. Terlebih lagi ada beberapa produk yang semestinya Indonesia harus cukup berterima kasih pada mereka. Begitu banyak merah putih mereka tebarkan di sepanjang jalan. Produk apakah itu? 

1.Telkomsel
Salah satu Provider terkemuka di Indonesia yang mempunyai warna dominan merah dan putih untuk produk-produknya. Handphone di era sekarang seolah sudah menjadi kebutuhan primer bagi kebanyakan orang. Hal ini berefek pada banyaknya pemakaian provider juga. Akhirnya juga berdampak pada banyaknya counter yang menjual produk ini dengan label merah dan putih. Belum lagi baliho dan promosi media lain yang banyak bertebaran di jalanan. Terima kasih karena sudah membantu me’merah putih’kan Indonesia. Aku bangga karena aku juga menggunakan salah satu produknya.

 2.Coca cola
Meskipun bukan label asli Indonesia, setidaknya kita harus cukup berbangga. Produk-produk mereka cukup digemari di tanah air. Dengan berbagai macam media promosi yang kreatif, paling tidak mereka telah memberikan warna baru bagi merah putih.

3.A mild
Sebuah produk rokok yang cukup sering menghiasi jalanan ini memang dikenal cukup kreatif dalam media promosinya. Bahkan sering kali iklan yang dikeluarkan tidak mencirikan bahwa yang ditawarkan adalah produk rokok, sehingga kerap kali menjadi sangat akrab dengan masyarakat-masyarakat yang tidak merokok sekalipun. Iklannya pun banyak mengungkap isu-isu social konvensional yang biasa terungkap lewat sebuah pertanyaan-pertanyaan retorik. Seolah merah putih yang satu ini mampu mengekspresikan perasaan kebanyakan masyarakat Indonesia.

 dokumentasi yang masih tersisa
Dan masih banyak lagi sebenarnya. Intinya adalah bagaimana kita dapat memaknai merah putih agar selalu terngiang dimanapun kita berada.

Titik finis masih sekitar 200 meter lagi, dan waktu yang aku targetkan tinggal sebentar lagi. Mau tidak mau aku harus berlari, sambil berlari kembali aku merenung dan tak kuhiraukan lagi orang sekitarku. Seperti inilah para pendahulu berjuang, pantang menyerah, bahkan di detik-detik akhir kemerdekaan mereka berjuang lebih keras. Aku mencoba menganalogikan ini pada apa yang terjadi padaku saat ini. Ditemani rintik hujan akhirnya tepat pukul 08.45 (17-8-2011) aku berhasil mencapai tujuanku. Sebuah pelabuhan dengan pandangan laut lepas. Seolah telah kugapai kemerdekaan dan ingin kukabarkan pada dunia bahwa “Indonesia Merdeka” sambil lamat-lamat kuucap hamdalah kucium merah putih yang kugendong sedari tadi.
AKU BANGGA INDONESIAKU

repost dari FB ziqinium

Saturday, August 4, 2012

Ritual Dengar

Tak sengaja, waktu itu ku pejamkan mata, cahaya kamarku yang redup seperti menurunkan aktifitas penglihatanku. Entah kenapa, tiba-tiba aku seperti mendengar kebisingan. Kebisingan yang teramat, tetapi bukan kebisingan yang memekakkan telinga. Ya, mungkin ini seperti menurunkan kualitas ketenangan. Kalau orang kota bilang kebisingan mereka adalah kebiasaan, orang desa akan berkata itu adalah kebisingan yang sangat. Lantas, sebab apakah kebisingan itu?. Bukankah kemampuan pendengaran telinga manusia adalah 20 – 20.000 Hz, tetapi apakah kita sudah mengoptimalkan itu, merasakan getaran 20 Hz ataupun meraba bagaimana sensasi 20.00 Hz. Suara-suara modernitas sepertinya telah menafikan kemampuan super kita itu. Jikalau kita mau, komunikasi Kuda Nil pun bisa kita rasakan. Sebenarnya jutaan gelombang sedang beraktifitas disekitar kita, bisa jadi kebisingan itu adalah hasil resonansi Ledakan-ledakan senjata di Rohingya, yang kemudian semakin mengecil hingga seolah tak terdengar. 

Sungguh ada gemerisik pada frekuensi-frekuensi rendah itu, sehingga menyebabkan suara Motor nun jauh disana bisa terdengar jelas, suara tetesan air di kamar mandi 20 meter disana pun terdengar sangat mengganggu. Coba saja fokus pada satu suara kecil disana, setelah itu rasakan bahwa dirimu seperti telah mewarisi sensitifitas kucing. 

Langkah melakukan Ritual Dengar
  1. Baringkan tubuhmu disebuah ruangan dengan pencahayaan redup, pastikan tidak ada cahaya berlebih yang datang pada arah tertentu. Karena hal itu akan meningkatkan aktifitas indera penglihatanmu yang artinya akan semakin menurunkan indera pendengaranmu. 
  2. Ucapkan basmalah, atau do’a-do’a apa saja.
  3. Pejamkan matamu, mulai fokuskan diri pada indera pendengaran. Kalau perasaanmu seperti sedang mencari atau menyebar ribuan pasukan. Itu berarti dirimu sedang mulai fokus. 
  4. Perlahan fokuskan pada satu suara. Pertahankan selama 1 menit. 
  5.  Lakukan untuk fokus suara-suara yang lain. 
  6. Akhiri dengan hamdalah, atau do’a-do’a syukur. 
  7. Lakukan minimal sehari sekali untuk mendapatkan sensitifitas dan sensasi alam lain yang menarik.
Ritual ini bukanlah ritual agama, ritual ini adalah wujud dari jiwa manusia yang eksploratif, wujud syukur atas anugerah dengar yang sungguh tak dapat kita dustakan. 

Wednesday, August 1, 2012