Thursday, February 17, 2022

731 Hari

Pada awalnya, berjalan di pematang sawah adalah hal yang tidak sekejap mudah, kaki-kaki harus terbiasa, tangan harus mengayun sigap menjaga keseimbangan, pandangan harus awas melihat situasi. Barangkali karena takut terjerembab lumpur, lalu baju menjadi kotor. Atau tak siap pada apa-apa yang ada dibalik lumpur, tak suka pada hal-hal yang tak terprediksi memang wajar.


731 hari bersamamu menurutku juga terlalu sekejap, kaki-kaki kita ternyata masih terus membiasakan diri, tangan-tangan kita masih perlu mengayun agar seimbang, pandangan kita belum cukup awas melihat situasi. Bisa jadi, ratusan hari mendatang juga masih akan terlalu sekejap.

Maka sayangku, perlahan mungkin bisa kita mulai dengan berfantasi, andaikan kita terjerembab, bahkan tersungkur wajah kita di lumpur, kita harus tetep saling menertawakan, betapa lucunya kita, tubuh penuh lumpur bak kerbau mandi di siang hari. Persis seperti saat kita menertawakan helmmu yang hampir jatuh ke selokan waktu itu. Menertawakan artinya membuang ratap, membuang ratap artinya bersyukur, bersyukur artinya kita telah menemukan keindahan pada segala sesuatu yang kita lihat, karena keindahan hanya bisa terpancar oleh Yang Maha Indah.

731 hari bersamamu memang terlalu sekejap, untuk tahu dan memahami.

731 hari bersamamu memang terasa sekejap, meski sudah banyak prediksi yang telah kita bangun untuk hanya sekedar menyapa pada ruang dan waktu yang tepat.

731 hari bersamamu memang hanya sekejap, tapi buncahan perasaanku padamu terkatalis setiap saat.

Terima kasih untuk 731 hari yang entah bagaimana aku menyebutnya.

Mari kita titi hari demi hari dengan rasa syukur, supaya terlimpah ziyadah hubb ila Allah, cinta pada Yang Maha Mencintai.

Semoga kita selalu sujud dan mengajarkan kesujudan

Kaf Shalluala Muhammad

Dahulu di kampung kami, pernah ada semacam tradisi membuat kaligrafi arab bertuliskan nama anak, plus keterangan nama latin dan tempat tanggal lahir. Kaligrafi itu lalu difigura atau dibiarkan polosan begitu saja lalu biasa digantung di ruang tamu atau ruang keluarga. Dari situ, para tamu biasanya bisa tahu shohibul bait punya berapa anak, namanya siapa saja, usianya berapa. Para perajin kaligrafi itu biasa mangkal ketika ada acara-acara kampung, bisa pas pengajian, sedekah bumi, atau acara-acara kebudayaan lainnya.

Sekarang, tradisi itu entah masih ada atau tidak. Barangkali bagi para orang tua waktu itu, memiliki anak adalah sebuah prestasi, dan kaligrafi itu adalah semacam piagam penghargaan. Lebih dari itu, bagi kami, memiliki anak adalah rasa syukur, syukur bahwa telah lahir sebuah entitas yang insyaAllah akan turut serta bersama alam semesta untuk menjaga dan melanjutkan tradisi sujud kepada Allah dan bersholawat kepada kanjeng Rosul. Tugas berat menanti.

*kagem anandaku Kaf Shalluala Muhammad

Buku "BAHASA KIMIA"


Salah satu buku yang terngiang-ngiang bagi saya ketika merapikan Bahasa Kimia adalah The Periodic Table, buku karya Primo Levi, seorang kimiawan yahudi asal italia. Isinya mengejutkan buat saya. Saat itu, hampir sepuluh tahun lalu, saya membelinya karena judul, ekspektasi saya adalah bahwa saya akan mendapati sebuah buku yang akan membantu saya mempelajari khazanah perunsuran. Nyatanya, isinya murni cerita, semacam autobiografi penulis – yang tentu saja masih ada kimia-kimianya karena dia seorang ilmuwan.

Barangkali, itu adalah ‘buku kimia’ paling menyenangkan yang pernah saya baca, buku yang meskipun saya dibuatnya terkejut, tapi sangat memorable dan saya begitu bahagia membacanya.

Bahasa Kimia, yang barangkali nanti akan ada di tangan anda ini, tidak bermaksud saya buat semacam itu. Buku ini mungkin akan mengejutkan buat anda, karena anda tidak akan menemukan Asam Klorida, Covalent Bond, Haworth Projection atau istilah-istilah rumit kimia lain di dalamnya. Malah, anda mungkin hanya akan menemui serpihan-serpihan tulisan yang barangkali akan sulit anda mengerti.

Bagi saya, buku ini sangat personal, selain karena saya tulis untuk diri saya sendiri, tulisan-tulisan di dalamnya seperti memutar ulang kejadian-kejadian lampau ketika hidup saya begitu selo. Hehe. Bagi anda yang selo dan ingin merasakan bagaimana sia-sianya membeli sebuah buku. Silakan dipesan, saya persilakan.