Monday, July 30, 2012

Rindu Benzene

Kalian disana, bersama dengan aktifitas-aktifitas riil, mengalirkan keringat yang sudah menganal, menggundukkan kanal-kanal darah yang tampak hijau. Sebagian lagi berjerih payah memilin ilmu, menggairahkan syaraf-syaraf otak. 

Ya, sekarang kalian berbeda antar sesama. Timur laut, tenggara, barat laut dan barat daya adalah jalan berbeda yang menuntun kalian menuju arah yang sama, menjadi manusia. Kalian ingat, 4 tahun itu tanpa terasa telah menyamakan rasa, laku dan jiwa kita. 

Ingatkah, saat kalian saling mencinta antar sesama, rasanya seperti ada Ratu dan Raja diantara kita, atau saat kalian terkantuk dan menguap, betapa teganya pak guru itu menyuruh kita push up sampai berkeringat. Belum lagi tentang pecahan alat yang kerap membuat kita bermain curang, membuang begitu saja jejak-jejak keteledoran, juga tentang tato-tato perak nitrat yang terkandang membuat kita saling menghina dan merasa bangga. Ada canda, ada luka, ada curiga, ada kontra, ada sedih, ada bahagia. Ada-ada itulah yang membuat rindu menjadi ada. 

Aku rindu,  bukan untuk bertemu. Karena ku takut dengan bertemu aku akan begitu mudah untuk melupakan kalian. Aku ingin tetap rindu, agar diriku tetap terjaga untuk selalu memikirkan kalian. 

Salam Rindu Sahabat Benzene

Friday, July 27, 2012

Mbah Ahmad

Sering kulihat Bapak Tua itu berada di shaf belakang, belakang sekali, hampir berada di pojok dekat tangga. Rambutnya sudah sangat putih, badannya juga terlihat renta. Ia terduduk di atas kursi roda, terdiam, sesekali menunduk. Ada rasa gembira di hatinya tiap jum’at. Ya, sholat jum’at adalah saat dia berjamaah, bersama puluhan kaum mu’min lainnya. Dengan segenap keberdayaannya ia hadir.
Aura ketawadhu’annya terpancar mengkilat. Sudah 120 tahun ia hidup, menyandingkan dzikir dan khilaf dengan bijak. Masjid yang mubarokah nan teduh ini adalah bukti keikhlasan yang tiada tara. Bukti bahwa merumahi banyak hati beriman lebih afdhol daripada sekedar merumahi diri.
Meskipun namanya saja baru kutau, semoga kalimat tarji’ dan sejumput fatihah ini dapat mengiringnya ke alam Barzah dengan khusnul khotimah.

Teruntuk Bapak Tua itu, mbah Ahmad (120 tahun). Meninggal Jum’at, 7 Romadhon 1433 H

Sunday, July 22, 2012

Keluarga Kita


Aku bilang “keluarga kita”

Ambiguitas itu memang sengaja kulontar padamu.

Sekarang, kamu pahami keluarga kita sebagai keluargamu dan keluargaku. Dua keluarga yang tidak ada sangkut pautnya, dua keluarga yang saling tanya siapa. Seperti halnya dirimu disana dan aku disini yang bersamaan sarapan di jam 7 pagi.

Suatu saat nanti, ku ingin kamu menyadari bahwa keluarga kita adalah keluargamu yang juga keluargaku dan keluargaku yang juga keluargamu. Dua keluarga yang saling bertaut, dua keluarga yang tersimpul oleh rasa kita. Seperti halnya kita yang duduk satu meja menikmati senja.

“keluarga kita” ku ucap sebagai ungkapan harap. Bahwa yang sekarang adalah prasangka, sedang yang akan datang adalah do’a yang terupa.

foto disini

Friday, July 6, 2012

Ngado Sampah


Kado bukanlah sekedar tentang memberi hadiah, memberi kado adalah tentang menyampaikan pesan, do’a dan harapan. Ini adalah caraku menyampaikan pesan tentang memperlebar diameter sirkulasi sampah dan memaksimalkan sampah yang terintegrasi.
Sampah ini masih sebagai sampah Jogja

Bahwa sampah detergen yang terbuang di Jogja kemudian akan termanfaatkan menjadi bungkus kado untuk perkawinan seorang teman di Bontang. Sampah itu kemudian akan ditaruh di tempat sampah, seperti halnya memindahkan sampah dari Jogja ke Bontang.
Kemudian menjadi sampah Bontang

Bandingkan, jika untuk membungkus kado itu digunakan kertas berbunga nan cantik yang dibeli di toko. Sampah detergen akan tetap menjadi sampah di Jogja, dan ditambah lagi sampah Kertas kado akan menjadi sampah di Bontang.

Ada juga hal romantis yang kusampaikan padanya.

Untuk Sahabatku
“Ku ingin kau tau maksud kuberikan mainan-mainan itu.
Ya, mereka adalah teman-teman kita dulu. Sebelum robot dan video games meracuni kita. Ku ingin mainan-mainan itu adalah mainan-mainan pertama yang kau berikan pada anakmu. Mainan-mainan anak indonesia yang suka main di sungai, suka mendaki gunung, suka bertelanjang kaki melintas hutan. Mainan-mainan itu adalah bagian dari sejarah bangsa Indonesia." 
Ya, kuhadiahkan mainan-mainan tradisional (Ketapel, yoyo kayu, gasing kayu, gundu, klotekan belalang, dsb.) kita padanya. Kita, anak-anak Indonesia yang kini sudah dewasa, yang sudah melalang buana, yang terkadang lupa pada bumi pertiwinya. Aku rindu memori kita.

Ada juga sebuah pesan yang ku intrikkan di koran bekas (conan mode:on). Semoga ia bisa memecahkan. hehe

Selamat mencipta buah karya (baca: buah hati) luar biasa, semoga sakinah mawaddah wa rohmah.