Monday, January 6, 2020

NARASI BURUNG



Diantara Narasi yang tidak terbacakan dengan baik oleh mbak MC.

NARASI BURUNG

Duhai Burung, terbanglah, penuhilah hak kemerdekaanmu, penuhilah hak atas sayap-sayapmu untuk terbang.

Kabarkan pada angin yang engkau lintasi, pohon-pohon yang engkau singgahi, semut-semut yang engkau cengkramai, bahwa disini ada sepasang manusia yang sedang mengharap kebaikan-kebaikan yang sudah Allah benihkan dalam semesta ini. Kebaikan-kebaikan yang darinya akan tumbuh dan merindangi siapa saja, apa saja.

Duhai Burung, berkicaulah dengan gembira.
Semoga bersama kicauan itu ada doa-doa bagi orang-orang yang sakit sehingga mereka sembuh, orang-orang yang sedih agar mereka segera berbahagia, orang-orang yang sedang mencari jalan kebaikan lalu menemukan jalan kebaikan yang sebenarnya, orang-orang yang sedang mengupayakan manfaat hingga Allah menyingkirkan mudhorot darinya.

Duhai Burung, semoga Allah berkenan memberikan kesadaran kepada kami melalui dirimu, bahwa yang bersayap sejatinya harus terbang, bahwa yang berakal seharusnya berfikir, bahwa yang jomblo memang sudah semestinya segera menikah. Hehe.


--Larut menuju jumat, 19 Dec 2019

Epilog -

Ide menerbangkan burung pipit di hari itu sebetulnya berangkat dari alasan sederhana, kami berusaha sebisa mungkin meniadakan kebiasaan umum di acara pernikahan yang tidak kami pahami betul maksudnya.

Soal menerbangkan burung pipit, barangkali ini hanya mengganti kebiasaan WO kami yang biasanya memasukkan prosesi menerbangkan balon atau melempar bunga yang betul betul tak kami pahami maksudnya.

Dalam Almawaidh al ‘usfuriyyah, syaikh abu bakar al ‘usfuriy memasukkan satu hadits dan hikayat mengenai burung pipit (al ’usfur). Hadist ini diletakkanya sebagai hadist pertama diantara 40 hadits lainnya (sebagaimana jumlah burung yang kami terbangkan).

Hadist ini mengenai kasih sayang kepada semesta (semangat hadits ini seperti sejalan dengan apa yang selama ini sering kami tulis) dan disertai dengan hikayat mengenai Sayyidina Umar yang semasa hidupnya pernah menerbangkan burung pipit yang dibelinya dari anak-anak kecil yang sedang mempermainkan burung itu.

Kami tentu tidak berharap semulia Sayyidina Umar, satu-satunya alasan menerbangkan burung pipit itu mungkin hanya karena burung pipit itu yang harganya paling terjangkau dan mashook dengan budget pernikahan kami yang minimalis itu. Hehe.