Friday, May 9, 2014

Peringatan Penghabisan

Sore itu rintik hujan sedang  mendatangi desa, di gardu kamling seperti biasa, Lungsur dan Dampit sedang ngobrol ke segala penjuru arah.

“Ada rokok ndak prof, hujan-hujan, dingin-dingin memang paling enak ngerokok”

“Aku sudah berhenti merokok sur, aku melihat gelagat kegusaran masyarakat tentang merokok sur”, ujar Dampit serius.

“Gusar kenapa prof?”

“Kamu ingat ndak peringatan dibungkus-bungkus rokok yang lama”

“yang MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER, SERANGAN JANTUNG, IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN itu?”

“Betul, ingat betul ya kamu”

“Gimana ndak prof, tulisan itulah yang membuatku akhirnya berucap pada Tuhan, ‘ ya Tuhan, penyakit-penyakit itu tak akan menghalangiku untuk tetap beribadah kepadaMu. ”

“Nah, itulah sur. Orang-orang seperti kamu inilah yang akhirnya membuat mereka gusar sehingga peringatan itu diganti menjadi MEROKOK MEMBUNUHMU. Mungkin mereka berpikir kalau kamu meninggal, sudah tak ada kesempatan beribadah lagi untukmu”

“hahaha. Tak masalah kalau terbunuh prof, toh setiap orang kan pasti akan mati. Yang penting khusnul khotimah, jadi bisa masuk surga”

“Ssst, jangan keras-keras sur. Nanti kalau ada yang dengar aku khawatir mereka semakin gusar, sehingga peringatan di bungkus rokok itu diganti lagi”

“Diganti gimana prof?”

“MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN MASUK NERAKA”

“Wah, kalau peringatannya dibuat sampai titik penghabisan seperti itu, harus bagaimana lagi kita prof”.
Hujan pun merintik semakin kerap, sementara mereka masih termenung dengan pikirannya masing-masing. Sementara itu, dari kejauhan Prasojo datang tergopoh-gopoh mendatangi gardu, berharap bajunya tak basah kuyup.

Dari balik sakunya, tangan Prasojo seperti mengambil sesuatu,

“Rokok mas?”, ia menyodorkan rokoknya

Lungsur dan Dampit pun saling berpandangan tanpa terucap kata untuk kesekian kalinya .