Tuesday, September 7, 2010

Cowok Sambel dan Putri Bawang Putih

Saat semua umat muslim bersuka cita dengan datangnya idul fitri, aku harus teringat lagi dengan duka luka sama kibul fitri. Sesosok wanita yang telah membuatku terlena oleh kibulannya itu.
Bermula dari kost buluk kelas ekonomiku, membuat menuku harus berstandar ekonomi juga, sambel ulek. Sambel yang diramu dari bumbu asli indonesia dan tangan-tangan kelas ekonomi membuatnya jadi menu andalan sehari-hariku. Bumbunya gampang aja kawan, siapkan bawang merah putih (melambangkan keberanian dan kesucian), lombok (melambangkan bambu runcing sebagai filosofi perjuangan bangsa kita), dan keringat rakyat indonesia, gak perlu lagi kulambangkan keringat kawan. Karena ini menjadi bumbu wajib, sangat alamiah dan menunjukkan jiwa kesederhanaan. Kupakai keringatku untuk mengganti garam kawan. Tapi jangan khawatir, keringatku memiliki konsentrasi rendah, tak sampai meracuni seperti keringat-keringat kalian. Inilah sambel tiada tara kawan.
Tak susah mencari bahan itu, pasar tradisional di deket kost membuatku cukup berjalan kaki untuk sampai kesana. Kegemaranku menyusuri pasar cukup memudahkanku mencari mereka. Seolah ada GPS di otakku. Koordinat mereka terpampang jelas disini (sambil menunjuk dengkul). Tapi kau tau kawan, ini hanyalah ilmu logika sederhana yang sering diajarkan kepada mahasiswa-mahasiswa hebat seperti kalian. Para pedagang akan berkumpul seperti binatang-binatang padang savana kawan. Saat kau lihat anak gajah, kau akan liat bapak gajah, paman gajah dan kawan gajah. Saat kau lihat anak kebo, kau akan lihat juga ibu kebo, bibi kebo dan kau sendiri kawan. Begitulah mereka.
Lagsung kutuju sasaranku, satu persatu telah kudapat, tersisa bawang putih. Aku kembali melaju. Kulihat bawang putih telah lemas tak berdaya. Tak kulihat siapa pemilik bawang putih itu. Tapi kau tau, sesaat kemudian seonggok tangan dengan jari-jarinya yang indah memilah-milah bawang putih ini. Kuku-kukunya pun sangat elok, dipanjangkan sekira 2 mm. Berkilau penuh intrik kawan. Tak kulihat wajah pemiliknya, karena kupikir jari-jari lentik serta kuku-kuku cantik berbanding lurus dengan wajah-wajah cantik. Kulama-lama pilah memilahku, seolah aku mencari bawang putih ditumpukan bawang merah, seolah mencari kebaikan "bawang putih" dalam diri "bawang merah". Ingin kunikmati sebentar saja anugrah Penciptaku ini. Aku seperti lampu sorot dipanggung Romantika, mengikuti kemana arahnya melentik. Beberapa menit berlalu tak membuatku bergeming, diapun tak curiga.
Sampai saat sorotkuku mengikuti gerakannya ke atas,,,dan hemfttt......!!!
Kulihat dia merogoh hidung seolah sedang mencari "sesuatu"...ow em gi...dia NGUPIL kawan. Sepertinya teori sederhana tentang grafik linieritas tentang korelasi jari, kuku dan wajah tadi harus diperhitungkan lagi, agaknya ad faktor Z yang membuatnya tidak representatif. Jarinya yang semlohai, kukunya yang aduhai....owhhhhh....
Aku langsung ngacir, tak kuinginkan sambel buatanku terkontaminasi bawang putih itu. Bawang putih yang bisa membuat sambel ini kehilangan jati diri, jati diri keIndonesiaan. Tak mau aku melihatnya dijajah tokoh-tokoh macam 'UPIL' IPIL itu kawan. Membuat rasanya tak lagi Indonesia.

Thursday, September 2, 2010

Mencari kawan Indonesiaku

Aku terlalu lugu untuk bisa mencaci maki apa yang ada dalam negeriku ini. Korupsi, kesemena-menaan, kelambanan, dan ke-ke yang lain, aku senang. Aku gak punya jiwa berkobar seperti kalian para demonstran, Tapi tak bisa dipungkiri kami butuh kalian. Presidenku yang baik hati memang banyak dicaci maki. Aku hanya bisa berdo'a pada Tuhan
"Tuhan....berikan kekuatan dan kesabaran pada pemimpin negeriku untuk menyongsong Indonesia munuju ridho-Mu"
Aku bukan koalisi kawan. Aku hanyalah anak negeri yang sedang menikmati senda gurau dunia. Aku hanyalah sang pemimpi yang melihat negeri ini secara substansial. Ada presiden, wakil rakyat, kalangan birokrat, politisi, pengkritisi, oposisi hingga koalisi, golongan rakyat sepervisor yang meliputi akademisi, pedagang, pengasong, dan semua yang menjadi substansi negeri ini termasuk kasus, masalah, penghargaan sampai pencapaian.
Kau pasti berfikir hebat soal ini kawan. Substansial ini hanyalah substansial dasar yang aku harap tidak membawa sial saja!!
Begitu elok negeri ini dipandang, substansi ini saling melengkapi, serasi sekali.
Aku tidak mau menjadi pengkritisi dengan substansi subyek, predikat dan obyeknya, lebih dari itu. Kacamataku melihat pengkritisi sebagai bagian dari tiga substansi itu. Begitu juga yang lainnya. Dan kau tahu apa yang kudapat kawan??negeri elok nan jelita ini.
Aku rindu kawan-kawanku yang membanggakan negeri ini, aku rindu kawan-kawanku yang senantiasa mencium harum tanah air ini. Aku rindu pada kawan-kawanku yang tidak hanya berasap, tapi membara. Aku rindu kawan-kawanku yang suka "melakukan", bukan menyalahkan.
Aku ingin memeluk kalian, menggandeng tangan muda kalian, menyentuh kobaran nasionalisme di hati kalian. Bersama kalian kuingin kau mengajakku menelusuri pelosok negeri ini, melihat mata-mata berkaca, duduk bersama orang-orang pecanda dan sekedar menikmati kopi Indonesia yang diseduh oleh tangan-tangan bersahaja.
Sekarang, aku akan mulai mencarimu kawan, tetapi agaknya akan sedikit sulit di masaku ini kawan.