Monday, May 18, 2015

Puberitas Bumi


Katanya bumi sudah semakin tua. Betul, bukankah anak 6 tahun semakin menua dibanding 2 tahun lalu?. Bumi sudah semakin rapuh. Apakah itu karena banyaknya bencana alam belakangan ini?. Semacam pak tua renta yang sudah ringkih, batuk-batuk dan banyak penyakitnya.

Justru sepertinya bumi sedang memasuki masa puberitasnya, sedang ekspresif-ekspresifnya. Atau, mari kita masuk pada sebuah pemahaman bahwa segala sesuatu itu hidup, bahwa benda mati pun sesungguhnya punya kehidupan. Maka filosofi hidup bumi adalah kehidupan manusia, artinya sistem jaringan tubuh bumi berupaya agar dirinya tetap menjadi tempat terbaik bagi kelangsungan hidup manusia.

Angin topan (lesus), bukanlah sekedar fenomena perbedaan suhu ekstrim belaka, bukan pula wujud kemarahan alam pada manusia. Itu merupakan salah satu rutinitas bumi, semacam pekerjaan ibu rumah tangga.  Topan adalah cara bumi menyapu polutan dari udara, seperti halnya ibu –pembantu- rumah tangga dengan vacuum cleanernya. Karena dibalik udara yang baik ada karbondioksida yang baik pula - hehe.

Banjir bandang adalah cara bumi mengencerkan konsentrasi limbah. Karena dibalik air yang baik ada ikan-ikan yang baik hati pula.

Tanah longsor, gempa bumi merupakan ikhtiar bumi untuk menutup lubang-lubang galian. Supaya tidak ada yang terperosok tentu.

Bencana alam (dibaca: pekerjaan rumah alam) tampaknya juga harus dipandang sebagai I’tikad baik alam untuk melayani manusia, atas ridhoNya tentu. Bumi, diciptakan Alloh tidak hanya sebagai rumah bagi manusia, tetapi juga mampu berperan menjadi ibu rumah tangga, yang pula mampu bersih-bersih rumah, yang mampu merawat, yang mampu menyenangkan hati dan tentu sesekali memuaskan.


Siapa bilang bumi sudah tua, justru bumi sedang memasuki masa puberitasnya, sedang semangat-semangatnya. Hanya saja, semoga Alloh tidak menakdirkan bumi mati muda.