Tuesday, February 21, 2012

Newton pun Bisa Jatuh Pingsan

                “Wah, hebat ya Newton!. Ia mampu menemukan rumus seperti ini. Kok bisa terfikirkan ya!”, begitu pikirku ketika pertama belajar mekanika.
Hingga sekarang rumus-rumus itu masih sering kita temui di teori-teori mekanika. Kegeniusannya sudah tak perlu diragukan lagi. Kepopulerannya menempatkan ia pada urutan  ke-2 di daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia (Michael H. Hart) lebih tinggi dari pada Figur-figur agama seperti Nabi Isa, Buddha maupun Kong Hu-chu. Begitu hebatnya ia menempatkan pondasi-pondasi pengetahuan yang kemudian hari ternyata mampu merubah hegemoni pengetahuan.
Ada juga Archimedes, filusuf sekaligus ilmuwan yang hidup abad 200an SM ini banyak menciptakan konsep-konsep matematika berikut teori terapan seperti hidrostatika. “eureka”, kata yang sering kita dengar itu juga berasal dari lisannya. Dan banyak lagi tokoh-tokoh hebat yang membuat kita melongo, berdecak kagum atas kehebatan-kehebatan penemuannya. Hingga terkadang kita pada zaman sekarang ini merasa bahwa eranya sudah habis. Penemuan-penemuan bombastis sudah tak sesporadis dulu.
Era kita mungkin tak kalah hebat, coba siapa yang bisa datangkan Newton ke zaman sekarang. Ia mungkin akan terkaget-kaget melihat benda buatan manusia yang bernama pesawat bisa mengelilingi bumi hanya beberapa hari saja.  Apalagi kalau ia tahu bahwa yang digunakan adalah hukum-hukumnya, mungkin ia bisa jatuh pingsan. Apalagi Archimedes, ia yang hidup di jaman sebelum masehi mungkin akan jantungan melihat kapal selam buatan manusia sekarang bisa berselancar berjam-jam bahkan bermil-mil jauhnya, belum lagi torpedonya yang bisa menghancurkan karang-karang dengan akurasi tinggi. Bahkan mungkin ia akan frustasi mendekati gila ketika tahu bahwa teknologi itu dikembangkan dari formula-formulanya.
Kehebatan masa lalu memang patut untuk dikenang dan diperbincangkan sebagai barometer kemajuan. Ia merupakan bagian dari sejarah kejayaan peradaban manusia. Seperti halnya diri kita, kejayaan di masa lampau akan menunjukkan betapa hebatnya ‘diriku’ waktu itu. Seolah para pelaku-pelaku jaman sekarang sudah tak sehebat dahulu. Tetapi hati-hati, terkadang ‘selalu’ melihat masa lalu dapat menjadi indikator betapa lemahnya kita di saat sekarang. Masa lalu dijadikan tambalan atas kekurangan-kekurangannya di masa kini.
Hanya menuntut untuk bijak, bahwa masa lalu adalah cerita dan masa sekarang adalah realita. Memperlakukan cerita sebagai runtutan dari realita sekarang nampaknya akan membuat kita tak tampak lemah di hadapan Tuhan, karena itu pertanda kita adalah hamba yang pandai bermuhasabah.



Khayalan Tahayul

          Hani tiba-tiba merasa sakit perut setelah meludah sembarangan di pemakaman, sang Ibu langsung terlihat panik, ia memarahi anaknya dan membenarkan perlakuan si anak yang menjadi penyebab sakitnya itu.
            Paradigma ini sudah banyak sekali terjadi di masyarakat kita. Hal-hal yang mungkin saja bersifat medis secara membabi buta dikaitkan dengan hal-hal mistis, sehingga seringkali sakit perut karena pola makan yang tidak benar harus dilarikan ke dukun. Kejadian di atas secara estetik memang tidak diperkenankan, tetapi bukan berarti itu menjadi sumber masalah yang mengakibatkan salah penanganan. Begitulah tahayyul, tahayyul bukan sesuatu yang harus dihindari dengan tidak mempercayai, ia sudah menjadi bagian dari kearifan lokal (local wisdom) masyarakat kita. Tetapi bukankah kita sudah menjadi bangsa yang terdidik?yang kita percaya bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatunya lewat sebuah mekanisme. Begitu pula dengan tahyyul, ia pasti memiliki sebuah mekanisme. Atau barangkali tahayyul merupakan intepretasi manusia atas ketidakmampuannya dalam menjangkau suatu hal. Dan saya kira tiap manusia itu berbeda, sehingga memunculkan intepretasi yang berbeda-beda pula yang diakibatkan oleh tingkat kemampuan dan ketidakmampuan yang tidak sama satu sama lain.
            Begitu pula santet yang sering muncul seperti juga tahayyul, santet juga merupakan suatu fenomena yang banyak terjadi di masyarakat. Ia diyakini terjadi dan muncul bersama dengan energi ghaib yang dibawa oleh bangsa jin. Tetapi kalangan masyarakat tertentu mencoba mencari pendekatan ilmiah perihal santet. Ada yang mengatakan bahwa santet merupakan sebuah fenomena teleportasi yang telah dibuktikan oleh serangkaian riset ilmiah berdasarkan teori-teori kuantum oleh seorang peneliti dari IBM. Ada juga yang mengungkapkan bahwa mekanisme santet terjadi dalam bentuk elemen ether yang katanya sedang diteliti oleh sekelompok ilmuwan fisika dari Jerman. Elemen ether disebutkan seperti sebuah unsur anti material (bagi yang pernah menonton film Angle and Demons pasti sudah mengetahuinya) yang memiliki kemampuan supranatural. Dan banyak lagi pendekatan-pendekatan lain yang dicoba untuk mendekati santet sebagai sebuah hal yang ilmiah.

             
           Manusia sepantasnya menjadi bijak dengan mempertimbangkan logika berpikir dan analisis-analisis yang rasional dalam merespon kejadian-kejadian yang terjadi dilingkungannya sebelum mengeluarkan konklusi yang terlihat abstrak, tetapi harus diingat bahwa kesemuanya itu harus dilandasi iman dan taqwa. Mungkin saja tahayyul memang perlu ada untuk menunjukkan akan keterbatasan manusia sebagai seorang makhluk. Maka, jangan pernah membuat dirimu takabbur.