Tuesday, June 26, 2012

Bahasa Kimia


Sang Navigator semut mengkomunikasikan sebuah jalur makanan kepada prajurit-prajurit lain dengan menebar Feromon, menginformasikan kepada mereka bahwa ada gulali lezat yang sengaja diberikan Tuhan lewat ketidaksengajaan si Maria menjatuhkannya.

Sang Handsome Butterfly berhasil mempersunting Si Kupu Jelita juga karena Feromon, tak perlu berucap. Ikatan Feromon yang dibuat Tuhan itu ternyata telah mengikat jalinan cinta diantara mereka. 

Si Tobacco dan temannya Tomatto sering kali meminta bantuan kepada lebah untuk mengusir ulat-ulat maupun hama-hama lain yang sedang menyerang markas mereka. Sebuah asap kimia ia kirimkan via angin sebagai sinyal datangnya marabahaya. Fenomena ini adalah bentuk kasih Tuhan pada para perokok dan pecinta sambel.

Anggrek, Sang Perayu, memang handal bersilat kimia. Rayuan-rayuannya membuat serangga jantan manapun betah berlama-lama tinggal. Parfum serangga betinanya memang ampuh menyihir pejantan hidung belang itu bekerja siang-malam di pabrik reproduksinya. Lewat ini, rasa ketuhananmu dipersilakan berucap “pantas saja Anggrek itu terlihat manis”.

Pohon willow pun begitu, ketika ada segerombolan serangga menyerang meraka. Ia akan berteriak kepada temannya agar segera memproteksi diri, menyiapkan obat anti serangga. Feromon dengan bau khas itu telah terdengar jelas oleh Willow-willow yang lain. 

Tak perlu si Joko meneriakkan ke seluruh dunia bahwa gula itu manis. Senyawa organik alifatik yang mengandung gugus hidroksida sudah cukup menjadi penyambung lisannya. Tuhan tahu, makhluknya yang satu ini tak mungkin dapat membuat sound system sebesar lemari sekalipun.

Mereka berkomunikasi untuk saling memahami. Mereka bertukar informasi untuk saling mengetahui. Feromon, parfum anggrek, senyawa manis, dan lain sebagainya adalah bahasa mereka dalam berinteraksi. Mata, hidung, telinga, lidah dan kulit bahkan indera keenam hanyalah piranti pengirim dan penerima. Mengirim sinyal bahasa itu kepada tower-tower yang siap menerima dan mengurainya menjadi kemengertian. 

Ia adalah bahasa kimia, seperti halnya sandi-sandi. Ia dimengerti dan dipahami sebagai satu oleh sesama mereka yang mengetahui. Atau bisa jadi sandi itu dibuat agar dipahami lain oleh mereka yang lain. Tuhan menciptakan bahasa kimia karena memahami betul pluralitas dan keterbatasan makhluknya. 

Ya, Bahasa Kimia adalah bagian dari bahasa komunikasi makhluk-makhluk ciptaan-Nya.

Sunday, June 17, 2012

Mimpi Sang Bunga Tidur


Aku bermimpi ke Jerman, bertemu dengan seorang wanita yang bersedia menemaniku mengenal negeri Der Panzer itu. Wajahnya ayu, berambut panjang, cukup tinggi untuk ukuran seorang Indonesian. Yang kuingat adalah ia membawaku ke sebuah gedung, tidak terlalu tinggi, berlantai kayu, disepanjang dinding ku lihat lemari-lemari tertempel dengan ribuan buku. Ya, disepanjang tangga ke lantai yang kutuju hanya ada jajaran buku. Inikah Jerman. Negeri yang banyak melahirkan ilmuwan-ilmuwan revolusioner, negeri yang banyak menemukan teknologi-teknologi tak terkira. 

Di ruangan itu ternyata si Gadis sedang mengikuti kursus bahasa Jerman. Sang pengajar adalah seorang Ibu tua yang ramah. Tinggi kurus dengan wajah tegas khas Jerman. Si gadis berada paling belakang. Aku terpesona, cara dia berucap lucu. Sambil menunggu dia keluar, kusempatkan berjalan-jalan melihat kota. Rapi memang, teratur dan artistik. Ini seperti nyata, sayang memang hanya sekedar mimpi.

Ini bukan tentang mimpi setinggi langit, ini bukan tentang Sang Pemimpi. Karena ini tentang mimpi Si Bunga Tidur. Ini memang hanya mimpi yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku baru saja bermimpi. Tapi

“Bolehkah mimpi itu kumimpikan setinggi langit?”
 

Saturday, June 16, 2012

Aku melahirkan

Seperti halnya gelap yang melahirkan terang
Sunyi yang melahirkan riuh
Pesismisme yang melahirkan optimisme
Tak ada yang melahirkan ada

Aku juga ingin seperti itu
Bahwa suramku akan melahirkan harapan baru.
 

Monday, June 11, 2012

Kembung -> Mencret


       Kenapa setelah kembung, beberapa jam kemudian jika kembung tidak segera reda. Perut akan sakit dan (maaf) mencret?

Penguraian makanan di lakukan oleh bakteri pengurai, salah satunya bakteri E-coli. Makanan akan terurai dalam jumlah tertentu (tidak semua makanan yang masuk ke perut akan di urai oleh bakteri), itulah sebabnya pada kondisi normal ada sejumlah banyak feses yang kita keluarkan (biasanya berbentuk padat). 

Mencret adalah fenomena dimana feses yang kita keluarkan berbentuk cair (encer). Nah, hal ini disebabkan karena masuknya udara kedalam perut (kembung) yang berarti kandungan oksigen di dalam perut menjadi lebih banyak. Hal ini kemudian dimanfaatkan oleh bakteri E-coli untuk berkembang biak. Dalam artian, keberadaan oksigen berlebih akan membuka kesempatan  mereka untuk beranak pinak. Karena jumlah mereka yang menjadi lebih banyak, maka nutrisi yang dibutuhkan pun akan lebih banyak pula. Dan nutrisi itu diambil dari makanan-makanan yang masuk ke dalam tubuh. Akibat dari itu, sisa makanan yang tidak terurai akan menjadi lebih sedikit (encer) dan menyebabkan produksi asam berlebih sebagai hasil dari penguraian itu (muncul sakit perut). 

Analoginya seperti penderita muntaber yang disebabkan karena mengkonsumsi air minum yang tercemar bakteri E-Coli. Akibatnya jumlah bakteri menjadi semakin banyak.

Semoga menjadi informasi. Jika ada teori yang kurang tepat mohon maaf, karena analisis ini hanyalah bersumber dari akal yang diberikan Tuhan dan keterbatasan pengetahuan. 


Foto dari sini

Friday, June 1, 2012

Merasakan Rasa


Rasa-rasanya rasa-rasa itu sudah mulai terasa keberadaannya. Banyak rasa yang bisa kita nikmati, termasuk tak berasa. Karena ia adalah bagian dari rasa.

Aku kira tak ada yang namanya tak berasa. 

Ya, air minum yang baik itu memang tak berasa. Rasa Manis muncul karena kuncup-kuncup cecapan ujung lidah banyak merespon senyawa-senyawa organik alifatik yang mengandung gugus hidroksida, Rasa Pahit muncul karena kuncup-kuncup cecapan bagian pangkal lah yang merespon senyawa-senyawa alkaloida, dan seterusnya. Mereka dikatakan berasa karena ada respon dari kuncup-kuncup cecapan lidah. Atau barang kali kuncup-kuncup cecapan lidah hanya merespon senyawa-senyawa itu dengan konsentrasi tertentu. Yakinkah air gula masih tetap terasa manis dengan konsentrasi hanya 1 ppm?. Seperti halnya suara,  bukankah kita tidak pernah mendengar semut bersuara ataupun berbicara. Lantas bagaimana ia berkomunikasi satu sama lain. Mereka bersuara, hanya saja telinga kita tak mampu mendengar suara di bawah 20 Hz. Bukankah itu karena keterbatasan. Adilkah kalau air minum itu dibilang tak berasa. Atau bagaimana kalau kita bilang itu Rasa Air saja. 

Jangan salahkan Rasa karena diri yang tak mampu merasa.