Siapa yang tau bagaimana rasanya hanya bisa
diam-diam mengagumimu, lalu bahkan dalam mimpi pun aku hanya bisa memandangi
bayanganmu diantara kerumunan para pengagummu. Itu pun hanya sepertujuh satuan
detik mimpi – andai saja konversinya adalah ribuan lipat detik realitas.
Betul, tak ada yang tau. Rasa bukanlah benda yang
bisa disketsa, lalu dilihat atau diraba bersama-sama untuk tau bentuknya. Siapa
yang tau sakitnya disayat sembilu selain kamu - yang setelah ini mencari
sembilu lalu menyayatkannya pada jari-jarimu. Siapa yang tau bahagianya bertemu
lambaian tangan Ashanti selain kamu - yang ternyata pada KTPmu tertulis nama
Anang. Katanya, sakitnya sampai membuatku merintih dan menjerit, bahagianya
sampai membuatku tak enak makan. Ya, itu hanya akibat-akibat yang timbul dari
perasaanmu.
Bagaimana aku tak kagum padamu.
Ketika ada yang datang padamu meminta jabat
tangan, mereka dapati orang yang memberi mereka senyum manis dan sapaan ramah. Ketika ada yang datang mengeluh lapar, mereka
dapati orang yang menyuapi. Ketika ada yang datang meminta nasihat , mereka
dapati orang yang menemani.
Betul, aku memang kagum padamu.
Di dalam sosokmulah ternyata kerinduanku
menemukan biangnya, kimia cinta menemukan teorinya, dan perjumpaan kita
menemukan jalan sesatnya.
Ah
sudahlah, mungkin karena aku saja yang malu bertanya.