Wednesday, April 4, 2012

Belajar Merawat Indonesia

               Beberapa orang sudah memenuhi barisan kursi depan sebelum jam menunjukkan pukul 08.00. Antusiasme peserta sudah terasa sejak awal. Peserta memang didominasi oleh mahasiswa UGM, tetapi dari list peserta tampak ada juga beberapa kampus sekitaran Jogja bahkan terlihat dua peserta dari Unpad.
            Pak Dahlan Iskan
          Semua terlihat riuh ketika pak Dahlan Iskan berjalan dari belakang menuju panggung. Setelan kemeja putih dan sepatu kain hitam, dan tentu tak lupa sepatu ketsnya yang belakangan menjadi fenomenal itu. Didampingi pak Rektor UGM terpilih, Prof. Pratikno, dan juga para pembicara lain, pak DIS terlihat sangat energik.
            Di dalam uraian singkatnya, pak DIS banyak menekankan pada urgensi pengentasan masalah pangan dan energi. Memang dua hal itu menjadi topik tersendiri, mengingat pangan merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Mungkin masyarakat masih ingat dengan swasembada pangan yang sempat melanda Indonesia pada masa lalu. Dan juga energi yang menunjang kemajuan hidup manusia. Kedua hal ini memang sangat riskan untuk dimonopoli, karena memang tuntutan kontinuitasnya tak bisa ditolerir lagi. 
            “1.8 juta ton impor pemerintah masih impor beras untuk memenuhi kebutuhan masyarakat”  begitu kata pak DIS. Bukankah negara kita adalah negara agraris, kalaupun itu istilah untuk Indonesia masa lampau, minimal masyarakat harus tau bahwa itu artinya kita punya potensi, khususnya untuk SDM dan lahan. Tinggal yang menyebabkan kita tetinggal jauh dari Thailand dan Filipina adalah teknologi, baik kualitas bibit maupun mekanisasinya.
            Oleh sebab itu, muncul beberapa program pemerintah melalui BUMN yang berada dibawah kepemimpinan pak DIS dalam upaya mengupgrade kualitas pertanian Indonesia. Diantaranya adalah :
1.      Yarnen (Bayar waktu panen)
Mekanismenya yaitu petani dapat meminjam bibit kualitas bagus kepada pemerintah berikut pupuk dan pestisidanya. Nanti biayanya akan dibayar saat panen. Program ini digagas mengingat bahwa petani kita ketika menggarap masih belum dengan kualitas bagus. Contohnya karena tidak punya uang, petani akan membeli bibit dengan kualitas seadanya. Maka yang kemudian dihasilkan saat panen adalah gabah dengan jumlah seadanya. Bisa dikatakan bahwa produksi pangan unggul masih terabaikan. Bayangkan sebelumnya rata-rata hasil panen petani adalah 5.1 ton/Ha, tetapi lewat program ini rata-rata petani sudah dapat menghasilkan 7 ton/Ha. Hasil yang cukup signifikan. Yang pasti kedepan harus lebih bisa ditingkatkan dengan target hingga tonase tertentu. Sudah ada 1.2 juta hektar lahan yang disiapkan untuk kelanjutan program ini.
2.      Proberas
Konsepnya yaitu petani menyerahkan sawahnya untuk kemudian dalam penggarapannya akan difasilitasi oleh BUMN, tetapi yang menggarap tetap petani tersebut. Tapi nantinya BUMN akan meminta 5.5 ton per hektar, dan sisanya akan diberikan sepenuhnya kepada petani.
Mari kita doakan dan kita dukung agar hal-hal ini menjadi solusi.
            Penjabaran singkat mengenai program-program itu diharapkan dapat direspon positif oleh masyarakat. Dan masyarakat mahasiswa tentunya harus menjadi pioner dalam membangun optimisme dan sikap positif itu. 
            Perlahan cahaya pagi semakin meninggalkan gedung Purna Budaya itu, pak DIS semakin bersemangat begitu pula para peserta. Ada hal unik yang dikatakan beliau mengenai shoping idea dan shoping spirit, menunjukkan betapa beliau tak pernah berhenti mencari dan bekerja keras. Shoping idea biasa beliau lakukan dengan berkunjung ke Amerika minimal 6 bulan sekali saat masih menjabat pimpinan Jawa Pos. Itu dilakukan untuk mencari ide-ide menarik yang mungkin bisa dikembangkan dan diterapkan di Indonesia. Sebuah pesan bahwa sebenarnya tak ada salahnya meniru ketika hal tersebut membawa manfaat dan masih dalam konteks prosedural. Shoping spirit beliau lakukan dengan mengunjungi Tiongkok. Kenapa Tiongkok?, mungkin karena Indonesia dan RRC adalah sesama negara berkembang yang juga sedang sama-sama membangun. Dan mungkin masyarakat RRC lebih memiliki optimisme dan sikap positif dalam mengembangkan dan memajukan negaranya. Bahkan gagasan-gagasan beliau tentang solusi pangan Indonesia juga banyak merujuk dari RRC.
            Selain itu, beliau juga berbicara mengenai kebutuhan daging sapi. “Tahun 2011, Indonesia impor sapi 350 ribu ekor” begitu kata pak DIS. Beliau mengungkapkan bahwa masalah yang muncul dari peternak sapi adalah harga pakan yang semakin mahal. Beliau kemudian membuat teknik ternak sapi yang diintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit (yang dikelola PTPN). Jadi jarak atar pohon  kelapa sawit akan digunakan untuk ternak sapi. Untuk pakan sapi dapat memanfaatkan tandan yang biasa dibuang begitu saja. Target 2012 ini adalah 100ribu ekor sapi dapat diternak dan diharapkan dapat menutupi kebutuhan impor pada 2013.
            Pemaparan singkat beliau disambut applaus penonton yang terdengar riuh sekali. Banyak hal sebenarnya yang dapat dibangkitkan dari bangsa ini, hanya sikap optimistis dan positif thinking sambil bersama-sama bekerja lah bangsa ini dapat menjadi bangsa yang baldatun thoyyibatun warobbun ghofuu, aamiin.

Foto-foto dokumentasi bisa dilihat di : 

No comments: