Sunday, February 17, 2013

Bisa Jadi


Kenapa hati harus dinaikkan kelas menjadi mata hati, tidakkah sayang mempertontonkan hati pada banyak hal di dunia yang bahkan tidak mengharapkan kehadiran hati. Tidakkah ia nanti akan sakit hati, melihat keberadaannya seperti sudah tiada arti, seperti sudah tidak dianggap lagi. Atau bisa jadi ini alibi para manusia untuk mengajak hati agar bermain mata dengan dunia, dunia yang telah membuat kelima indera mereka seperti mati fungsi, bisa jadi.

Lantas, bagaimana kalau nanti ia mengalami rabun jauh atau rabuh dekat, bahkan silindris. Tidakkah itu akan menjadikan banyak hal menjadi samar. Sudah siapkah wajah cantikmu menjadi terlihat hambar, kebaikan-kebaikanmu mengabur, sehingga baikmu diprasangka jahat atau jahatmu menjadi terlihat sangat baik.

“tenang saja, kan masih ada lensa kontak dan kacamata” sahut Mawar dari ujung taman.

“lagi pula cantikku tidak kemudian menjadi jelek karena mereka melihatku jelek, gak pate’en aku” ternyata Mawar ini masih berdarah Suroboyo.

wes ta, ayumu karo elekku iku wes mutlak, umek ae. Dipatek malaikat kapok kon” seru ulat keket di ujung pohon. Sepertinya mereka memang masih satu rumpun dengan Ahmad Dhani.

            Apa jadinya nanti kalau uang rakyat dan uang istri sudah tidak ada beda lagi. Miliaran uang rakyat menjadi miliaran uang istri tentu bukan substitusi yang diijinkan matematika hukum, apalagi uang istri menjadi uang rakyat, tidak tahukah kalau biaya perawatan kecantikan sekarang mahal, bisa jadi.

“jadi bagaimana?” Mawar menggumam.

Atau sebaiknya kita biarkan saja hati dan indera berelaborasi, biarkan saja bisa jadi-bisa jadi tadi benar-benar terjadi. Toh, itu semua akan memberikan pengayaan rasa pada kita. Lagipula bukannya masih ada Hati Nurani?.

foto diambil disini

No comments: