Semesta telah
membawa mu pada tingkatan manusia, seperti halnya do’a-do’a yang terwujud
menjadi cerita gembira. Di semua lini semesta, ada sebuah sisi yang begitu
mendasar, mengakar, senyap, sering kali berada pada kuadran kiri. Dahulu ia
begitu menjadi sahabat, teman dekat bagi semua elemen yang berharap cemas atas
esok.
Gelap,
hingga sekarang tak beranjak dari semesta.
Pagi hari,
Ia bilang
selamat pagi, ia berusaha lebih berkuasa, menatap kita sepanjang jalan. Kalau
kita mencongkak, ia mencongkak lebih tinggi.
Siang hari,
Ia tahu hari
ini semangatmu sedang baik. Tak perlu lagi bersusah menyemangati. Cukup berteduh
dibawah panji geloramu.
Sore hari,
Ia faham
kalau hari belum berakhir, saatnya melihat ia lebih tinggi.
Malam hari,
Ia begitu
berkuasa, lelahmu, penatmu perlahan ia usirkan. Menjagamu adalah amanah paling
romantis baginya.
Kukira gelap
menjadi semacam latar belakang bagi semesta, tas punggungmu yang cantik,
rumahmu yang mewah, mobilmu yang berkilau menjadi semacam penampakan atas dunia
nyata.
Gelap hadir
dimana dan kapan saja, siang hari ia muncul membayangimu, malam hari tentu ia
lebih berkuasa atasmu.
Itu artinya,
gelap menjadi semacam sifat alamiah, sifat dasar semesta. Perkembangan besar
tentang mekanika kuantum, yang melibatkan banyak sifat cahaya sudah semestinya
membawa kita pada filosofi dasar kehidupan, ya, kegelapan (minannur iladhulumat). Kegelapan semacam menjadi ruang besar bagi
materi, sekaligus menjadi batas atas imajinasi manusia akan semesta.
Dualitas materi-gelombang
-yang muncul karena upaya merealisasikan cahaya- yang telah diungkap De Brogile
pun ternyata masih memunculkan kegalauan akan eter. AlHaitam, Planck, Boltzman,
Einstein adalah manusia-manusia cahaya, karena mereka begitu memfokuskan diri
pada cahaya. Black Hole, Teori Benda Hitam adalah produk-produk kajian manusia
atas cahaya. Maka, minadhulumati ilannur bisa jadi adalah sebuah afirmasi tentang menuju cahaya dari sifat alamiah manusia, gelap,
tentang memahami cahaya dari kegelapan, atau bahkan memahami kegelapan untuk
menggapai cahaya.
1 comment:
wah... luar biasa! jadi teringat sebuah buku arsitek peradaban, dalam buku itu menuturkan:
Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Lilin hanyalah sebuah benda kecil. Kegunaannya baru nampak ketika listrik di rumah kita padam. Tapi lilin adalah cahaya. Dan cahaya adalah sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Gelap bukanlah materi, ia tidak memiliki daya, ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil lilin selalu dapat mengusir gelap.
Alloh memisalkan petunjuk dengan cahaya, dan kesesatan dengan gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Kesesatan hanya hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, ummat kita mengalami kesesatan ketika roda pergerakan syiar dakwah berhenti bergerak...
Kini, marilah tutup mata kita dan nyalakan lilin, lalu katakanlah: 'Telah datang kebenaran, sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna'
Post a Comment