Tuesday, April 9, 2013

Eksitasi Gelap


Semesta telah membawa mu pada tingkatan manusia, seperti halnya do’a-do’a yang terwujud menjadi cerita gembira. Di semua lini semesta, ada sebuah sisi yang begitu mendasar, mengakar, senyap, sering kali berada pada kuadran kiri. Dahulu ia begitu menjadi sahabat, teman dekat bagi semua elemen yang berharap cemas atas esok.

Gelap, hingga sekarang tak beranjak dari semesta.

Pagi hari,
Ia bilang selamat pagi, ia berusaha lebih berkuasa, menatap kita sepanjang jalan. Kalau kita mencongkak, ia mencongkak lebih tinggi.

Siang hari,
Ia tahu hari ini semangatmu sedang baik. Tak perlu lagi bersusah menyemangati. Cukup berteduh dibawah panji geloramu.

Sore hari,
Ia faham kalau hari belum berakhir, saatnya melihat ia lebih tinggi.

Malam hari,
Ia begitu berkuasa, lelahmu, penatmu perlahan ia usirkan. Menjagamu adalah amanah paling romantis baginya.

Kukira gelap menjadi semacam latar belakang bagi semesta, tas punggungmu yang cantik, rumahmu yang mewah, mobilmu yang berkilau menjadi semacam penampakan atas dunia nyata.
Gelap hadir dimana dan kapan saja, siang hari ia muncul membayangimu, malam hari tentu ia lebih berkuasa atasmu.

Itu artinya, gelap menjadi semacam sifat alamiah, sifat dasar semesta. Perkembangan besar tentang mekanika kuantum, yang melibatkan banyak sifat cahaya sudah semestinya membawa kita pada filosofi dasar kehidupan, ya, kegelapan (minannur iladhulumat). Kegelapan semacam menjadi ruang besar bagi materi, sekaligus menjadi batas atas imajinasi manusia akan semesta.

Dualitas materi-gelombang -yang muncul karena upaya merealisasikan cahaya- yang telah diungkap De Brogile pun ternyata masih memunculkan kegalauan akan eter. AlHaitam, Planck, Boltzman, Einstein adalah manusia-manusia cahaya, karena mereka begitu memfokuskan diri pada cahaya. Black Hole, Teori Benda Hitam adalah produk-produk kajian manusia atas cahaya. Maka, minadhulumati ilannur bisa jadi adalah sebuah afirmasi tentang menuju cahaya dari sifat alamiah manusia, gelap, tentang memahami cahaya dari kegelapan, atau bahkan memahami kegelapan untuk menggapai cahaya.


-Dan, kemudian semuanya pun menjadi terasa begitu gelap-

Gambar dari sini

1 comment:

Zeal*Liyanfury said...

wah... luar biasa! jadi teringat sebuah buku arsitek peradaban, dalam buku itu menuturkan:

Apa arti sebuah lilin dalam kehidupan? Lilin hanyalah sebuah benda kecil. Kegunaannya baru nampak ketika listrik di rumah kita padam. Tapi lilin adalah cahaya. Dan cahaya adalah sebentuk materi. Kebalikannya adalah gelap. Gelap bukanlah materi, ia tidak memiliki daya, ia adalah keadaan hampa cahaya. Karena itu, meskipun kecil lilin selalu dapat mengusir gelap.
Alloh memisalkan petunjuk dengan cahaya, dan kesesatan dengan gelap. Ini mengisyaratkan, pasukan kesesatan tak memiliki sedikitpun daya di depan pasukan cahaya. Kesesatan hanya hadir ketika pasukan cahaya menghilang. Sepanjang sejarah, ummat kita mengalami kesesatan ketika roda pergerakan syiar dakwah berhenti bergerak...
Kini, marilah tutup mata kita dan nyalakan lilin, lalu katakanlah: 'Telah datang kebenaran, sesungguhnya kebatilan itu pasti sirna'