Tuesday, July 23, 2024

SENYAWA IBU - berikutnya


SENYAWA IBU - berikutnya


Bu, belasan tahun lalu ibu ‘tindak’. 

Bu, belasan tahun lalu paraunya suara adzanku mengantar njenengan ke pintu barzah


Suara adzan, nderes quran, lantunan doa yg darimu kami belajar sedari kecil.

Kesemuanya Allah bisakan untuk lisan kami, melalui lisanmu. Dan pada akhirnya, dari lisan ini pula Allah bisakan merapal kesemuanya untuk melepasmu. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami semua terseok, kami mencari-cari kasih sayang yg biasanya tersaji setiap saat. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami semua berusaha tertidur lelap, lalu mengharap terbangun dan menyadari ini semua hanya bunga tidur, bunga tidur yg layu semalaman saja. Nyatanya, bunga layu itu terbawa bangun juga, memuramkan wajah-wajah seisi rumah.


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, semua masakan, bagi kami, hanya punya dua rasa; beda dengan masakan ibu, atau mirip dengan masakan ibu. Lidah kami sudah terlanjur tergantung dengan masakan ibu, apapun bentuknya. Bahkan macam masak air sekalipun, kalau ibu yg masak rasanya seperti berbeda. 


Sekian belas tahun lalu, sepeninggalmu, kami kehilangan senjata pamungkas di saat genting ; do’a ibu. Kami rindu tahajjudmu, kami rindu bunyi-bunyian dzikir dari lisanmu, kami rindu caramu merajuk kepada Allah lewat doa-doamu. Kami seperti serdadu tanpa belati, tanpa senpi, merayap-rayap, dihujani hiruk-pikuk dunia bertubi-tubi. Bismillah, semoga Allah selamatkan kami dalam perjalanan menujuNya.


Sekian belas tahun kemudian, Allah titipkan istri yg sholihah baik rupa, pula bocah kecil ini. Alhamdulillah, semoga Allah sampaikan kami dalam keselamatan pula. Semoga thoriqoh baik darimu, persenyawaan denganmu, dengan guru-gurumu, mampu menjadi benderang jalan kami menujuNya, shiroth al ladzina an’amta alaihim.


Terima kasih bu, ilmu parenting pertama kami adalah hal-hal baik yg ibu didikkan kepada kami. 

Sembah nuwun bu, mugi saged kempal malih sesarengan kanjeng Rosul.


No comments: