Sunday, March 18, 2012

The Sweetest Jogja

               Kota pelajar, Jogjakarta hardiningrat, memiliki daya magnetis tersendiri bagi para penuntut ilmu di tanah air. Arus pendatang yang semakin membanjiri Jogjakarta mengakibatkan meningkatnya geliat kuliner di Jogjakarta. Bukan hanya kuliner khas jogja dan sekitarnya. Kuliner khas luar daerah pun banyak membanjiri pinggiran jalan Jogjakarta belakangan ini. Mungkin sekedar upaya jeli melihat peluang atas rasa rindu pada pelajar luar daerah pada makanan khas daerahnya masing-masing. Tetapi ketika mendengar kata jogja, maka sebagian besar akan berfikir tentang Gudeg. Gudeg jogja sudah tersohor hampir di seluruh pelosok negeri bahkan dunia.
              Saya ingin coba mengungkapkan opini saya mengenai gudeg dan bacem jogja (memiliki kesamaan, sama-sama manis). Banyak teman-teman luar daerah khususnya sumatera yang mengeluhkan selera masakan jogja yang cenderung manis. Terkadang saya pun mengeluhkan hal yang sama. Tak heran warung-warung makan yang menyediakan menu pedas akan ramai di padati pembeli. Tetapi jangan salahkan manis.!!. saya sedikit berfikir mengenai manis. Sebagai anak kos yang tinggal bersama ibu kos, saya kerap mendapat jamuan masakan-masakan yang manis bahkan kelewat manis. Apalagi setelah idul adha ini saya semakin banyak melihat masakan manis. Tahu bacem, tempe bacem, bahkan daging kurban pun di bacem. Bagi yang belum tahu (bukan makanan, tapi tahu ; know) bacem, masakan bacem adalah masakan yang di rebus dengan air kemudian ditambah gula merah setelah sebelumnya dibumbui hingga airnya hampir habis.
               Saya melihat seperti ada sebuah proses bukan sekedar memasak disitu, seperti ada tujuan tertentu dari ‘pembaceman’. Baru saya sadari kemudian bahwa gula adalah salah satu bahan yang dapat mengawetkan makanan. Mengapa gula dapat mengawetkan makanan?. Tujuan utama dari pengawetan adalah untuk mencegah pertumbuhan mikroba di dalam makanan (winarno.1993). Mikroba akan mendegradasi zat-zat organic yang terkandung di dalam makanan, seperti karbohidarat, protein, dsb. Sehingga akan menyebabkan kondisi fisis makanan tersebut berubah (basi). Dengan adanya gula, mengakibatkan terjadinya penyerapan air dari tubuh mikroorganisme yang juga banyak tersusun dari molekul air. Sehingga mikoorganisme tersebut mengalami dehidrasi yang berujung kepada kelumpuhan bahkan kematian. Penyerapan air oleh gula disebabkan karena adanya proses osmosis.
       Tahu dan Tempe Bacem     

            Begitu jelinya masayarakat jogja waktu itu, mereka mengetahui bahwa kelembaban udara di Indonesia cukup tinggi (60-90 persen), yang artinya makanan akan cepat busuk jika dibiarkan begitu saja. Sehingga sebuah metode ‘pembaceman’ yang dahulu bertujuan untuk pengawetan harus mengeksploitasi lidah masayarakatnya hingga sekarang. Jadi, jangan salahkan manis!!
              Tak salah Jogjakarta disebut sebagai kota pelajar. Tak hanya karena banyak pelajar yang memilih menimba ilmu di kota ini. Tetapi ke’pelajar’an kota jogja juga berasal dari keramahan masyarakatnya dan juga kebecikan tingkah laku budayanya.
              Mari ke jogja dan nikmati ‘manis’nya jogja!!

1 comment:

Anonymous said...

enak tuu, tahuu bacem yang dgoreeng :D
tp sayang..lum nemu baceman yang enak djogjaa..