Monday, April 8, 2019

Purnarupa


Belakangan, saya menyadari. Setan sudah secara masif menyerang saya, terasa sekali.
Saya mulai mengidentifikasi. 

Kaki saya misalnya, saya rasai ia ada disana, sering kali menahan langkah saya menuju tempat-tempat kebaikan.



Lalu tangan, ia sering menunjuki saya untuk merabai banyak hal buruk dan menghasilkan kebatilan - asli produk kerajinan tangan saya.

Lisan, saya yakin ia adalah provokator utama bagi keluarnya umpatan dan kata-kata tak mengenakkan dari lisan saya.

Mata, ia rasa-rasanya punya kendali atas retina dan segala hal penghasil visi, pandangan saya. Yang darinya saya sering melihat ketidakbaikan, dengan sengaja.

Telinga, di bagian ini, ia menjadi semacam radar, mendeteksi pergunjingan dan rumpian. Lalu, melarutkan pendengaran saya dalam frekuensi itu.

Pikiran, ia selalu serta dan mejadi pengusul utama, bagi segala kebulusan akal dan pikiran kotor saya.
Kemudian hati, saya mencari-cari ia, ke sela-selanya, tak ada. Saya cari lagi, barangkali saya salah rasa, tetap tak ada. 
 
Lantas, saya coba runut kembali dan menyadari bahwa ia memang tak ada, di semuanya. Bahwa penyebab semuanya memang ia. Dan ia adalah saya. Ia adalah saya yang purnarupa. Dari saya atas saya dan untuk saya, sendiri.

No comments: