Wednesday, May 29, 2019

Butuh Banyak


Ghurub itu maghrib di masjid agung tak banyak beda dari biasanya. Jamaah memenuhi hampir seluruh ruang utama. Sehabis sholat imam memimpin wirid, juga seperti biasanya. Selepas do'a, semua mengambil posisi ba'diyah, seperti biasanya pula.

Hanya, diantara shaf-shaf yg suda terburai itu ada beda yg menjadi milik seseorang. Ia, seorang berambut gondrong kumal, tapi terikat rapi ke belakang, seperti halnya yg kupunya. Pakaiannya sopan (celana dan kaos menutup aurat). Penampakannya seperti suda berhari-hari tak terbasahi. Masyarakat menganggapnya orang gila, keterbelakangan mental istilahnya.

Tangannya terangkat tinggi menengadah. Dari mulutnya seperti sedang merapal do'a. Sesekali bergoyang-goyang tangannya. Persis seperti adegan mbah dukun di film-film.

"Do'a apa yang kira-kira dia panjatkan?"
Aku coba mencari-cari do'a-do'aku selama ini, barangkali ada yang memungkinkan.

Do'a minta kaya. Apa tendensi dia terhadap harta?.
Do'a terhindar dari fitnah. Yang seperti mereka tentu tak ada urusan sama manusia.
Terhindar dari godaan syetan. Untuk apa mereka digoda?.
Do'a hidup bahagia. Tak ada yg meragukan senyum tiada hentinya kan?

"Aku tau", tasbihku menyaut.
"Yang seperti mereka sering kudengar do'anya".
"Ia, berdo'a minta kesembuhan".
"Atas apa?", tanyaku.

"Orang sakit tentu minta kesembuhan".

"Kukira mereka tak menyadari sakitnya?"

"Kenapa tidak?. Do'a itu satu-satunya do'a yg bisa dia lakukan. Sehingga kalau terkabul, ia bisa berdo'a sebagaimana do'a-do'amu".

Yaa Kariim, bumi ini masih butuh banyak yang seperti mereka.


*< Februari 2017

No comments: