Friday, June 28, 2019

Bau Bau Bau


Pada tumpukan sampah menyengat saya sering terpekur, mempersiapkan respirasi untuk menghirup sedalam-dalamnya, dalam betul rasanya. Kalau rasanya sudah mau habis saya hirup lagi. Dan biasanya hanya akan berhenti pada satu titik, saat wajah saya seperti sedang musim mekar bunga, gairah ruhiyah saya seperti bersandar pada bayang pohon, sejuk.

Hidung, sebetulnya tak tau menahu soal hal busuk dan harum. Reseptornya hanya tau perihal konsentrasi-konsentrasi, jenis-jenis senyawa. Hidung, sebagaimana indra yang lain, buta soal perspektif. Ia, tak tersangkut paut pada penilaian.

Saya sebetulnya sedang mengajari hidung saya untuk tak turut serta dalam penilaian-penilaian. Atau bisa jadi, saya sesungguhnya ingin supaya piranti penilaian saya untuk tak ikut ikut dalam bias penilaian. Supaya bau-bau itu didefinisikan sebagai sebuah keragaman, bukan kontradiksi-kontradiksi. Maksudnya, bahwa bau sampah bukan berarti bau busuk, atau bau harum itu bukan bau bunga-bunga itu.

Mari ajak hidung kita berwisata, ke taman-taman bunga, ke taman-taman pembuangan sampah, ke titik-titik yang memahamkan kita bahwa harum dan busuk itu sama-sama bisa dinikmati, bahwa bau itu anugrah. Semoga Allah memberkahi hidung-hidung kita, dan menjadikannya sebaik-baik saksi dihadapanNya, entah kapan.


*< Mei 2018

No comments: