Friday, June 28, 2019

Syafiin Musyaffa'


Semua makhluk berhak mencintai Kanjeng Rosul, siapa saja, apa saja, bagaimanpun rupa bentuk cinta itu. Sebagaimana cintanya kanjeng Rosul yang tak terpagar siapa, apa. Cintanya melampaui ruang dan waktu, termasuk melampaui rasa cinta itu sendiri.

Teman saya mewujudi hak cinta itu dengan adabnya sendiri. Mari saya perkenalkan pada perilakunya.
Katanya, dzikir dia hanya sholawat. Saat merasa sedang bersalah ia bersholawat, saat merasa takjub ia bersholawat, saat sedang gembira sekali ia bersholawat, saat dibersamai musibah ia bersholawat, barangkali kamus kalimah thoyyibah dia hanya sholawat. Baginya, sholawat ini adalah adab. Ia memohon ampun kepada Allah atas kesalahan-kesalahannya lewat sholawat. Katanya, mohon ampunku kepada Allah bersamaan dengan mohon maafku pada kanjeng Rosul karena tauladannya betul betul sudah kuabaikan, aku malu pada beliau. Pun rasa takjub atas hal hal yg bisa aku inderai, yang Allah pertunjukkan kepadaku tak lain karena berkat kandungan nur Muhammad di dalamnya. Pula rasa syukur atas rizki Allah padaku adalah bagian dari upaya kanjeng Rosul meneladankan kejembaran hatinya. Juga atas musibah musibah, bahwa segala sesuatu adalah karena Allah, pengembalian segala sesuatu pula kepada Allah, dan sungguh pengembalian yg baik tak lepas sedikit pun dari syafaatnya, syafi'in musyaffa'.

Adab lahir dari kepatuhan dan rasa cinta yg mendalam. Sultan Abdul Hamid II al ustmaniyy pun melahirkan adab itu, dilapisinya rel kereta api di madinah dengan bantalan kapas, 20km panjanganya. Supaya apa?, Ia tak mau deru suara getaran kereta api mengganggu kanjeng Rosul. Malik ibn Anas, pengampu madzab maliki itu, selalu enggan berkendara ketika berada di madinah hingga di usia senjanya. Ujarnya, aku malu kepada Allah jika sampai kaki kendaraanku menapak di tanah yang di dalamnya bersemayam jasad Rosululloh. Aduhai, mulia sangat.

Kalau Allah dan MalaikatNya saja bersholawat kepada Rosululloh, bagaimana mungkin air, pohon randu, semut, bintang dan segala sesuatu yang diizini Allah untuk ada di semesta ini enggan bersholawat juga.

Andai saja terbesit maksiat hendak dilaku, merasa malulah kepada kanjeng Rosul. Andai saja ada kebaikan-kebaikan yang telah terlaku, ‘kelingan’ lah pada kanjeng Rosul.

~Sekarang, saya sedang malu padamu ya Rosul.


*< Desember 2017

No comments: