Wednesday, October 3, 2018

Hujan Telah Reda


Sholat lah pada ruang dan waktuNya.

Kalau masjidku terbakar, alhamdulillah.
Kalau gerejaku terbakar, puji Tuhan.
Bangunan itu, adalah sepetak kecil dari luasnya hamparan masjidNya, tempat sujudNya. Bangunan itu, adalah sebidang kecil dari sebegitu luas ruang ibadahNya. 

Ibadahmu tak terbatas pada pagar masjid. Ruang ibadahmu tidak melulu soal barisan2 kursi gereja.

Kalau hatimu terluka karena mesjid dan gereja terbakar. Lebih terlukalah karena hutanmu sudah tak lagi belukar.

Kalau kamu atas namakan Tuhan pada masjid dan gereja terbakar.
Kamu kemanakan Tuhan saat hutanmu tak kunjung berhenti berkobar.

Hadirilah jamaah semesta, bersama barisan pohon yg tak pernah berhenti berdzikir. Datanglah pada jemaat alam raya, menyambut limpahan gelombang cahaya kasihNya.

Sholatlah dengan kesadaran bahwa segala ruang dan waktu adalah milikNya. Bahwa tempat sujud ini milikNya, bahwa cahaya dan bayangan itu milikNya.
Bahwa, mesjid, gereja dan hutan itu pula milikNya

-----intermediete

Selepas padam tiba. Mari bersihkan abu2 itu dalam tunduk dan syukur.
Syukur atas asap yg masih membumbung dan abu yg menumbuhkan subur.
Lalu tumbuhlah gereja, masjid, hutan yg lebih hijau, yg semakin membangun keteduhan, yg darinya suara suara dzikir mengudara tanpa menyesakkan dada.

Hujan telah reda.

---
Di suatu keharuan, october 2015

No comments: